Anda sakit diabetes dan ragu
untuk berpuasa? Ternyata dengan mengatur pola makan yang tepat, Anda bisa
berpuasa dengan lancar Bagaimana caranya?
Menjalankan ibadah puasa bagi
umat muslim merupakan hal yang wajib. Namun, bagaimana jika Anda menderita diabetes,
haruskah mengorbankan puasa? Atau Anda harus mengatur pola makan sehingga kadar
gula darah tetap terkontrol sehingga bisa tetap menjalankan ibadah puasa
seperti biasanya.
Diabetes adalah kumpulan gejala
penyakit yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan
kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat
dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin.
Apabila hormon insulin yang dihasilkan oleh sel beta pankreas tidak mencukupi
untuk mengubah glukosa menjadi sumber energi bagi sel, maka glukosa tersebut
akan tetap berada dalam darah dan kadar glukosa dalam darah akan meningkat
sehingga timbullah penyakit yang dinamakan dengan diabetes mellitus (DM) atau
Penyakit Gula atau Penyakit Kencing Manis.
Gejala. Sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar
(polifagia), dan sering merasa haus (polidipsia), serta berat badan yang
menurun merupakan tanda seseorang menderita penyakit diabetes. Tidak hanya itu, ada gejala-gejala
yang sering dialami oleh penderita penyakit gula adalah timbul kesemutan pada
jari tangan dan kaki, kurang gairah kerja, mudah mengantuk, badan terasa lemah,
gatal-gatal, luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, gairah seks menurun
bahkan sampai impotensi, dan keputihan. Terkadang, ada beberapa orang yang
tidak pernah mengalami gejala-gejala tersebut, namun penyakit ini baru
diketahui secara kebetulan pada waktu melakukan pemeriksaan darah.
Menurut Dr.dr EmYunir;SpPD,KEMD,
dokter spesialis penyakit dalam dari RSCM bahwa penyakit metabolis seperti
diabetes kalau tidak dijaga atau dilakukan perubahan pengobatan dapat
mengakibatkan berbagai macam komplikasi. Oleh karena itu orang yang menderita
diabetes tidak diwajibkan berpuasa. "Berpuasa boleh saja, asalkan gula di
dalam darahnya sudah terkontrol dengan baik, atau dalam batas normal,
seandainya belum normal maka jangan puasa dulu," jelasnya.
Risiko. Pada diabetes yang berat, puasa akan menyebabkan pemecahan
glikogen, sehingga glikogen yang tersimpan didalam hati akan cepat habis.
Glikogen merupakan simpanan karbohidrat dalam bentuk glukosa di dalam tubuh
yang berfungsi sebagai salah satu sumber energi. Hal inilah yang demikian
membuat orang yang menderita penyakit diabetes tidak bisa berpuasa selama 30
hari. Bagi pasien yang memaksakan puasanya akan mengakibatkan beberapa hal
yakni meningkatnya gula darah, gula darah yang terlalu rendah, sumbatan pada
pembuluh darah, dan berisiko kurangnya cairan, sehingga darah menjadi kental.
Jika ini terjadi, mengatur pola hidup dan pola makan menjadi kunci penting.
Pola Makan. Untuk mencegah hal tersebut, penderita diabetes harus
mengatur pola makannya antara lain, memperbanyak minum saat malam, agar tidak
kekurangan cairan yang menyebabkan cairan darah akan menjadi kental, menghindari
karbohidrat, mulai dari nasi hingga mie. Boleh berbuka puasa dengan yang manis
asalkan tidak lebih dari 10%. Menghindari makanan siap saji, minum bebas gula
dalam jumlah yang cukup. Sementara saat sahur, menganjurkan penyandang diabetes
untuk memilih makanan karbohidrat kompleks, misalnya beras merah,
kacang-kacangan, dan gandum.
Bagi penderita diabetes yang
ingin melaksanakan puasa agar melakukan pemeriksaan gula darah secara rutin.
Hal itu dilakukan dua jam sebelum sahur dan satu jam sebelum buka puasa.
Pemeriksaan ini dilakukan sesuai kebutuhan penderita.
“Pembatalan puasa bisa dilakukan
apabila terjadi tanda-tanda hipoglikemia atau kadar kurang dari 60 mg/dl,
gula darah kurang dari 70 mg/ dl pada beberapa jam setelah sahur khususnya
pengguna insulin pada waktu sahur, gula darah lebih dari 300 mg/dl, dan pada
saat sakit,” dijelaskan dr. Yunir
Sementara itu, menurut Dr. dr.
Aris Wibudi, SpPD, KEMD, dokter spesialis diabetes dari RSPAD Gatot Soebroto,
pola hidup akan sangat menentukan seseorang 'terkena penyakit diabetes. “Selama
punya pola hidup sehat, dan bisa mempertahankan berat badan yang ideal,
disertai komposisi lemak tubuh yang minimal, maka risiko terkena diabetes akan
sangat kecil, tetapi apabila pola hidup santai sehingga terjadi kelebihan berat
badan dengan komposisi lemak yang tinggi, terutama lemak di rongga perut, maka
risiko diabetes bisa menjadi 100%. Karena ternyata akhir-akhir ini faktor utama
terkena diabetes adalah faktor eksternal berupa makanan dan aktivitas
fisik," tuturnya. “Karbohidrat yang baik adalah karbohidrat kompleks
seperti umbi-umbian termasuk kentang, biji-bijian termasuk beras. Tetapi memang
ada perbedaan kualitas karbohidrat dalam perbedaan kenaikan glukosa darah.
Misalnya nasi beras merah lebih rendah kenaikan gula darahnya dibanding nasi
beras putih. Roti tawar mempunyai dampak kenaikan glukosa darah yang serupa
dengan nasi beras putih,” tambah Ketua Perhimpunan Edukator Indonesia (PEDI)
ini.
Bagi yang telah terkena penyakit
diabetes, mengganti nasi putih dengan beras merah bukanlah solusi. Yang penting
dalam mengatur makanan adalah menurunkan beban glikemik dengan menambahkan
Sayur-sayuran menjadi 50% dari porsi makanan, protein 25% dan karbohidrat
kompleks dan biji-bijian 25% dari porsi makanan.
Penderita diabetes selama puasa
harus menghindari olahraga yang berat seperti lari sebelum buka, hal ini dapat
menyebabkan cairan darah menjadi kental akibat kekurangan cairan dan menurunkan
kadar gula darah. Pramita Hendra Nurcahyo
Sumber: Tabloid Femme
0 komentar:
Post a Comment