Saturday, October 12, 2013

Pasutri Yang Dijodohkan, Berpotensi Cerai

Usia Anda sudah seharusnya menikah? Beberapa kali menjalin hubungan asmara tetapi selalu putus, sehingga tidak sedikit pasangan yang terpaksa menerima perjodohan yang diatur orangtua. Lulu, apakah perjodohan seperti ini akan langgeng?

Beberapa kali menjalin hubungan asmara serius dengan pria idaman, tetapi selalu kandas, tidak sedikit dialami kaum wanita. Mulai dari ketidakcocokan karakter, pria yang posesif hingga ringan tangan. Padahal usia terus beranjak dan Anda semakin matang dan siap menikah. Biasanya, wanita yang berada dalam situasi ini merasa semakin gelisah seperti dikejar target karena usianya terus bertambah sementara jodoh belum didapat. Pada akhirnya, wanita tersebut akan bersikap cenderung pasrah dan mulai membuka ruang perjodohan yang diatur orangtua. Nah, menyangkut hal ini, apakah wanita langsung saja menerima perjodonan atau bisakah melakukan penjajakan terlebih dahulu di antara keduanya?

Patuh pada Orangtua. Dalam memilih pasangan hidup, setiap orangtua pasti memiliki syarat dengan melihat bibit, bebet, dan bobot dari calon menantunya. Tentu saja hal ini tepat, asal orangtua tidak memaksakan kehendaknya bagi sang anak. Karena bagaimana pun, anaknya yang kelak akan menikah dan menjalani bahtera rumah tangga.

"Perjodohan adalah normal. Perjodohan tidak melanggar norma agama dan susila dan apabila kedua pasangan sama-sama lajang, sehat, dan produktif,” ungkap Dra.Ratih lbrahim,MM.Psi, Psikolog dari Personal Growth.

Sementara itu, Tika Bisono M,Psi, Psikolog dari Tibis Sinergi Consultant mengatakan, potret mayoritas orangtua lndonesia menganut sistem otoriter. Dalam arti, orangtua selalu yakin kalau ucapan atau perintah yang mereka lontarkan kepada anak adalah baik dan demi kebahagiaan si anak, termasuk urusan perjodohan.

Apalagi umumnya orangtua berpendapat anak yang baik adalah anak yang mau menuruti perintah dan permintaan ayah dan ibunya. “Perjodohan itu pemaksaan dan hati anak tidak bisa dipaksakan,” tutur Tika yang siang itu tampil cantik dengan dress batik warna merah marun. Bila si anak mau mengikuti perintah orangtua terkait perjodohan, maka ini berarti anak telah berkorban untuk kebahagiaan orangtua.

Dalam perjodohan yang dilakukan orangtua, seorang anak berhak menolak. Karena memilih pendamping adalah pilihan hidup bagi sang anak. Jika orangtua menjodohkan, akan lebih baik dijajaki terlebih dahulu, jangan langsung menikah. Fase ini penting untuk saling mengenal satu sama lain. “Bukannya tidak baik tidak mendengarkan orangtua, tapi lihat juga cocok atau tidak,” tegas ibu tiga anak ini.

Seorang anak tidak boleh pasrah menerima perjodohan. “Tidak apa berkenalan dulu dengan cara baik-baik, pernikanan itu masalah hati, harus cocok hati dan cocok pikiran,” tambah Tika.

Perceraian. Jika sudah saling mengenal karakter satu sama lain, tentunya sah-sah saja melanjutkan ke tahapan selanjutnya yakni pernikahan. Namun, umumnya pernikanan yang dilandasi perjodonan tanpa saling mengenal satu sama lain akan membawa permasalahan. Mulai dari ketidakcocokan hingga terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) akibat dari komitmen yang tidak dijalankan dengan sepenuh hati oleh masing-masing pihak.

Ratih Ibrahim mengungkapkan, apabila pernikahan karena perjodohan terjadi, sementara masing-masing tidak saling mencintai maka ketidakbahagiaan yang akan dialami oleh pasutri tersebut. Hal ini akan berdampak mudahnya terjadi pertengkaran di antara mereka sehingga memicu perceraian. “Perkawinan tidak berjalan baik, jika yang dijodohkan tidak ikhlas lalu menjadi racun dalam rumah tangganya,” tambah Ratih yang juga aktif sebagal Associate Psychologist darl Klinik Perkembangan dan Lembaga Psikologi Terapan (LPT) UI.

Sementara Tika Bisono menambahkan apablla perjodohan yang berujung pada pernikahan dan tidak didasari dengan kemauan untuk saling mengenal satu sama lain, maka bisa dlpastikan rumah tangga yang dibangun hanya atas dasar keterpaksaan. Hal lni dllakukan hanya untuk menyenangkan orangtua. “Kalau menikah dengan orang yang tidak diclntai berani tidak bisa happy, tidak bisa dipaksakan Karena lama kelamaan daya tahan akan jebol,” kata Tika.

Ada beberapa hal yang harus diperhatlkan bagi Anda yang telah atau akan dijodohkan oleh orangtua:
  • Komunikasl harus diutamakan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak yang dijodohkan adalah kejujuran. Dalam arti, kedua belah pihak sadar dijodohkan sehingga perlu dibicarakan secara intens, apakah perjodohan ini perlu diteruskan atau tidak.
  • Harus mengambil waktu untuk berkenalan. Jangan sampai mengambil keputusan untuk langsung menikah. Akan lebih baik meminta waktu untuk saling mengenal. Sehingga dalam proses saling mengenal, apabila tidak cocok, lebih baik hubungan diakhiri.
  • Berani merancang kehidupan sendiri. Dalam arti, menikah adalah pilihan pribadi. Jadi, jangan menikah karena tekanan usia, keluarga atau pun lingkungan. Karena itu, pastikan keputusan yang dibuat adalah untuk kebahagiaan Anda.
  • Anda harus tahu alasan orangtua menjodohkan. Dalam arti, fokus utama orangtua menjodohkan adalah untuk kebahagiaan Anda. Apabila motif lain, misalnya kekayaan atau status sosial, maka Anda harus berani mengatakan tidak, jika itu tidak sesuai dengan kemauan. Perlu diingat, mencintai dan patuh pada orangtua, bukan berarti mengikuti semua kemauan orangtua. Karena bagaimana pun Anda adalah pribadi mandiri yang berhak membuat keputusan sesuai dengan kemauan. Maria Ermelinda Meo (Femme)

0 komentar:

Post a Comment