Usia Anda sudah seharusnya
menikah? Beberapa kali menjalin hubungan asmara tetapi selalu putus, sehingga
tidak sedikit pasangan yang terpaksa menerima perjodohan yang diatur orangtua.
Lulu, apakah perjodohan seperti ini akan langgeng?
Beberapa kali menjalin hubungan
asmara serius dengan pria idaman, tetapi selalu kandas, tidak sedikit dialami
kaum wanita. Mulai dari ketidakcocokan karakter, pria yang posesif hingga
ringan tangan. Padahal usia terus beranjak dan Anda semakin matang dan siap
menikah. Biasanya, wanita yang berada dalam situasi ini merasa semakin gelisah
seperti dikejar target karena usianya terus bertambah sementara jodoh belum
didapat. Pada akhirnya, wanita tersebut akan bersikap cenderung pasrah dan
mulai membuka ruang perjodohan yang diatur orangtua. Nah, menyangkut hal ini,
apakah wanita langsung saja menerima perjodonan atau bisakah melakukan
penjajakan terlebih dahulu di antara keduanya?
Patuh pada Orangtua. Dalam memilih pasangan hidup, setiap orangtua
pasti memiliki syarat dengan melihat bibit, bebet, dan bobot dari calon
menantunya. Tentu saja hal ini tepat, asal orangtua tidak memaksakan
kehendaknya bagi sang anak. Karena bagaimana pun, anaknya yang kelak akan
menikah dan menjalani bahtera rumah tangga.
"Perjodohan adalah normal.
Perjodohan tidak melanggar norma agama dan susila dan apabila kedua pasangan
sama-sama lajang, sehat, dan produktif,” ungkap Dra.Ratih lbrahim,MM.Psi,
Psikolog dari Personal Growth.
Sementara itu, Tika Bisono M,Psi,
Psikolog dari Tibis Sinergi Consultant mengatakan, potret mayoritas orangtua
lndonesia menganut sistem otoriter. Dalam arti, orangtua selalu yakin kalau
ucapan atau perintah yang mereka lontarkan kepada anak adalah baik dan demi
kebahagiaan si anak, termasuk urusan perjodohan.
Apalagi umumnya orangtua
berpendapat anak yang baik adalah anak yang mau menuruti perintah dan permintaan
ayah dan ibunya. “Perjodohan itu pemaksaan dan hati anak tidak bisa
dipaksakan,” tutur Tika yang siang itu tampil cantik dengan dress batik warna
merah marun. Bila si anak mau mengikuti perintah orangtua terkait perjodohan,
maka ini berarti anak telah berkorban untuk kebahagiaan orangtua.
Dalam perjodohan yang dilakukan
orangtua, seorang anak berhak menolak. Karena memilih pendamping adalah pilihan
hidup bagi sang anak. Jika orangtua menjodohkan, akan lebih baik dijajaki
terlebih dahulu, jangan langsung menikah. Fase ini penting untuk saling
mengenal satu sama lain. “Bukannya tidak baik tidak mendengarkan orangtua, tapi
lihat juga cocok atau tidak,” tegas ibu tiga anak ini.
Seorang anak tidak boleh pasrah
menerima perjodohan. “Tidak apa berkenalan dulu dengan cara baik-baik, pernikanan
itu masalah hati, harus cocok hati dan cocok pikiran,” tambah Tika.
Perceraian. Jika sudah saling mengenal karakter satu sama lain,
tentunya sah-sah saja melanjutkan ke tahapan selanjutnya yakni pernikahan.
Namun, umumnya pernikanan yang dilandasi perjodonan tanpa saling mengenal satu
sama lain akan membawa permasalahan. Mulai dari ketidakcocokan hingga
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) akibat dari komitmen yang tidak
dijalankan dengan sepenuh hati oleh masing-masing pihak.
Ratih Ibrahim mengungkapkan, apabila
pernikahan karena perjodohan terjadi, sementara masing-masing tidak saling
mencintai maka ketidakbahagiaan yang akan dialami oleh pasutri tersebut. Hal
ini akan berdampak mudahnya terjadi pertengkaran di antara mereka sehingga
memicu perceraian. “Perkawinan tidak berjalan baik, jika yang dijodohkan tidak
ikhlas lalu menjadi racun dalam rumah tangganya,” tambah Ratih yang juga aktif
sebagal Associate Psychologist darl Klinik Perkembangan dan Lembaga Psikologi
Terapan (LPT) UI.
Sementara Tika Bisono menambahkan
apablla perjodohan yang berujung pada pernikahan dan tidak didasari dengan kemauan
untuk saling mengenal satu sama lain, maka bisa dlpastikan rumah tangga yang
dibangun hanya atas dasar keterpaksaan. Hal lni dllakukan hanya untuk
menyenangkan orangtua. “Kalau menikah dengan orang yang tidak diclntai berani
tidak bisa happy, tidak bisa dipaksakan Karena lama kelamaan daya tahan akan
jebol,” kata Tika.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatlkan bagi Anda yang telah atau akan dijodohkan oleh orangtua:
- Komunikasl harus diutamakan. Hal pertama yang harus dilakukan oleh masing-masing pihak yang dijodohkan adalah kejujuran. Dalam arti, kedua belah pihak sadar dijodohkan sehingga perlu dibicarakan secara intens, apakah perjodohan ini perlu diteruskan atau tidak.
- Harus mengambil waktu untuk berkenalan. Jangan sampai mengambil keputusan untuk langsung menikah. Akan lebih baik meminta waktu untuk saling mengenal. Sehingga dalam proses saling mengenal, apabila tidak cocok, lebih baik hubungan diakhiri.
- Berani merancang kehidupan sendiri. Dalam arti, menikah adalah pilihan pribadi. Jadi, jangan menikah karena tekanan usia, keluarga atau pun lingkungan. Karena itu, pastikan keputusan yang dibuat adalah untuk kebahagiaan Anda.
- Anda harus tahu alasan orangtua menjodohkan. Dalam arti, fokus utama orangtua menjodohkan adalah untuk kebahagiaan Anda. Apabila motif lain, misalnya kekayaan atau status sosial, maka Anda harus berani mengatakan tidak, jika itu tidak sesuai dengan kemauan. Perlu diingat, mencintai dan patuh pada orangtua, bukan berarti mengikuti semua kemauan orangtua. Karena bagaimana pun Anda adalah pribadi mandiri yang berhak membuat keputusan sesuai dengan kemauan. Maria Ermelinda Meo (Femme)
0 komentar:
Post a Comment