Disfungsi ereksi (DE) ataupun
ejakulasi dini merupakan penyakit yang paling ditakutkan kaum pria. DE dapat
menyebabkan ketidakharmonisan hubungan dengan pasangan. Namun tak perlu
khawatir karena kini DE bisa disembuhkan dengan terapi kejut atau penembakan dengan gelombang intensitas
rendah. Seperti apa?
Saat ini masalah disfungsi ereksi
(DE) masih menjadi penyakit yang menakutkan bagi kaum pria karena dapat
menyebabkan ketidakharmonisan dengan pasangan dan dapat menurunkan kualitas
hidup penderita DE.
Dijelaskan oleh dr. Ponco Birowo, SpU, Ph., dokter
Spesialis urologi, DE merupakan salah satu gangguan fungsi seksual yang umum
dialami oleh pria berusia di atas 40 tahun. Berdasarkan data dari World Health
Organization (WHO), penderita DE terus bertambah. Pada tahun 1995 diperkirakan
ada sekitar 152 juta pria penderita DE di dunia, tetapi pada tahun 2025 nanti
diperkirakan penderita DE di dunia mencapai 200-300 juta orang.
DE atau impotensi adalah kondisi
medis yang ditandai ketidakmampuan untuk memperoleh dan mempertahankan suatu
ereksi yang cukup untuk suatu hubungan seksual yang memuaskan. DE dibedakan
menjadi tingkatan ringan, menengah dan parah. Pada tingkat ringan, seorang pria
masih bisa mencapai ereksi penuh walaupun lebih sering mencapai ereksi yang
tidak penuh atau cukup untuk melakukan penetrasi atau tidak bisa ereksi sama
sekali. Sementara untuk DE yang parah, seorang pria tidak bisa mencapai ereksi.
Yang menentukan berat ringannya DE tergantung dari penilaian dokter. Untuk
mengetahui terkena DE atau tidak dan diketahui penyebabnya disarankan untuk
melakukan kontrol ke dokter spesialis urologi.
Penyebab DE. Faktor psikologis dan fisik menjadi penyebab
terjadinya DE, namun penyebab terbesar terjadinya DE adalah faktor psikogenik.
Jika dilihat dari faktor psikologis, disebabkan karena mekanisme fungsi ereksi
membutuhkan interaksi kompleks antara sistem organik atau fisik seperti
pembuluh darah, persarafan dan hormonal, serta psikologis seperti depresi,
kecemasan dan komunikasi yang kurang balk dengan pasangan, serta pemicu saraf
(neurotransmitter, NO/nitrit oxide).
Sementara faktor fisik karena
penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hiperlipidemia (kolesterol
tinggi), gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi liver, hipertensi, stroke,
kelainan jantung (gagal jantung dan penyakit jantung koroner), proses penuaan, gangguan
hormonal (resistensi insulin, penurunan kadar testosteron), serta trauma daerah
panggul (saluran sistem reproduksi pria) seperti setelah operasi prostat, minum
minuman beralkohol, merokok dan minum obat penenang dalam jangka lama.
Selain itu, penderita DE juga
akan mengalami efek dari penyakitnya, yang dibagi menjadi dua faktor, yaitu
faktor organik dan faktor psikogenik. Akibat dari faktor organik pada penderita
DE adalah hilangnya minat pada aktivitas seksual ukuran testis yang mengecil,
serta penurunan tanda-tanda seksual sekunder seperti bulu rambut, kekuatan
otot, kadar testosteron atau masalah hormonal lainnya.
Sementara faktor psikogenik
adalah pasangan sulit mendapatkan orgasme, serta hubungan suami istri kurang
harmonis sehingga dapat menyebabkan stres pada pasangan, depresi, perasaan
bersalah dan perasaan takut akan keintiman. Namun, DE bukan penyakit keturunan
tetapi merupakan penyakit akibat proses penyakit atau perjalanan hidup. Oleh
karena itu sebaiknya menjaga pola hidup yang sehat dan teratur seperti pola
makan yang baik dan berolahraga.
Jika sudah mengalami masalah DE,
menurut dr. Em. Yunir, SpPD, KEMD, dokter spesialis penyakit dalam, konsultan
metabolik endokrin, penyakit DE dapat minum obat khusus untuk meredam penyakit
DE yang diminum pada saat sakit atau dibutuhkan ketika akan berhubungan intim
dengan pasangan. Konsumsi obat DE ini harus dilakukan seumur hidup, tetapi
tidak setiap hari. Pasalnya penyakit DE memiliki struktural permanen karena
pembuluh darah dalam Mr. P sudah mengeras sehingga membutuhkan pengobatan
secara berkala.
Penyembuhan penyakit DE dibagi
tiga line. Penyembuhan dengan lini pertama dilakukan dengan mengobati penyebab
DE seperti memodifikasi gaya hidup (penurunan berat badan, berhenti merokok dan
olahraga), obat atau farmakoterapi, serta alat vakum ereksi. Sementara
penyembuhan dengan lini kedua dilakukan dengan cara melakukan injeksi ke badan
Mr. P dan injeksi ke saluran keiuar kemih (intraurethral). Sedangkan
penyembuhan dengan lini ketiga dilakukan dengan cara bedah protesis, terapi
hormon, revaskularisasi Mr. P, serta terapi seks. Tentu saja, dalam menjalani
ketiga cara pengobatan tersebut harus didukung oleh pasangan.
Terapi Kejut. Selain dengan tiga lini terapi tersebut, ada
alternatif lain untuk menyembuhkah DE tanpa obat-obatan, Terapi alternatif
tersebut adalah terapi kejut atau low intensity extracorporeal shockwave
therapy (LI-ESWT). Terapi kejut adalah terapi yang menggunakan alat yang ditempelkan
pada Mr. P dan ditembakkan dengan menggunakan gelombang intensitas rendah.
Terapi dengan alat gelombang
kejut intensitas rendah dapat memperbaiki aliran darah ke Mr.P. Alat ini
merupakan terapi revolusioner, karena merupakan tindakan non invasif (tanpa
pendarahan) dan dapat memberikan harapan kesembuhan tanpa minum obat. Cara
kerjanya dengan menempelkan alat LI-ESWT pada bagian puncak, tengah dan pangkal
Mr. P lalu, ditembakkan gelombang dengan intensitas rendah.
Teknik LI-ESWT ini pada dasarnya
dilakukan dengan penembakan yang akan menimbulkan shear stress atau tegangan
geser sehingga berdampak positif dengan munculnya pembuluh-pembuluh darah baru.
Terapi LI-ESWT dapat dilakukan seminggu dua kali dan sekali terapi membutuhkan
waktu selama 20 menit. Ada tiga tahapan dalam terapi ini yaitu tahapan pertama
dilakukan enam kali tembakan selama tiga minggu berturut-turut, tahapan kedua
terapi diistirahatkan selama tiga minggu, lalu tahapan ketiga dilanjutkan enam
kali terapi selama tiga kali berturut-turut.
Sebelum melakukan terapi LI-ESWT
dilakukan pemeriksaan north to night final to person yaitu alat yang ditempel
pada batang kemaluan dan diukur apakah pada saat tidur timbul ereksi atau
tidak. Pada orang normal pemasangan alat ini menimbulkan ereksi, tetapi jika
tidak ereksi maka dilanjutkan dengan terapi LI-ESWT. Hasil dari penggunaan
LI-ESWT dapat diukur dari erection hardness yaitu alat untuk mengukur kekerasan
ereksi untuk penetrasi. Penilaian skor terdiri atas angka 1, 2, 3 dan 4. Nilai
skor1 dan 2 artinya belum mampu mencapai ereksi yang cukup kuat untuk
penetrasi, nilai skor 3 dan 4 artinya sudah mampu mencapai ereksi yang cukup
kuat untuk penetrasi.
Alat LI-ESWT ini memiliki efek
klinis dan fisiologis positif jangka pendek pada fungsi ereksi pemakai obat
oral (PDE-5i). Terapi ini dianggap layak, serta efek samping yang merugikan
minim, sehingga terapi LI-ESWT ini menjadi sebuah pilihan untuk mengatasi DE.
Namun biayanya masih cukup mahal yaitu sekitar Rp 30 juta. Selain dengan
terapi, untuk menunjang kesembuhan DE maka harus diikuti dengan perubahan pola hidup
yang lebih sehat dan teratur misalnya tidak merokok, banyak makan sayur-sayuran
dan buah-buahan serta berolahraga seperti treadmill yang dapat dilakukan dua
sampai tiga kali seminggu. Jika terbebas dari DE maka keharmonisan pasangan
suami istri akan terjaga. Anita Permatasari (Info kecantikan)
0 komentar:
Post a Comment