Kanker serviks menjadi penyakit
yang diakui kaum hawa selain kanker payudara, karena bisa berujung pada
kematian. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan tindakan pencegahan dengan
melakukan tes papsmear secara rutin setiap tahun Terutama untuk mereka yang
sudah melakukan aktivitas seksual secara aktif. Seperti apa?
Kanker serviks atau leher rahim
menjadi kanker yang sering diderita kaum hawa selain kanker payudara. Leher
rahim adalah bagian sempit yang berada di sebelah bawah antara vagina dan rahim
wanita. Di tempat inilah kanker serviks berkembang. Kanker ini menyebabkan
kematian terbanyak di dunia. Setiap tahunnya terdeteksi ada 500.000 kasus baru.
Di Indonesia, dari seluruh penderita kanker sepertiganya adalah penderita
kanker serviks.
Penyebab kanker serviks adalan
virus human papilloma virus (HPV) yang dibawa oleh pasangan ketika berhubungan
intim. Adanya HPV atau sel karsinoma pada seseorang berpotensi seseorang
terkena kanker serviks hingga lebih dari 80 persen. Infeksi juga bisa
menyebabkan timbulnya kanker serviks. lnfeksi ini dapat terjadi karena aktivitas
seksual.
Papsmear. Untuk mencegah timbulnya kanker serviks, maka sebaiknya
lakukan deteksi dini. Dengan deteksi dini, jika diketahui terkena kanker
serviks maka penangannya lebih cepat dan kemungkinan sembuh lebih besar. Cara
untuk mendeteksi dini kanker serviks adalah papsmear Dijelaskan oleh dr.
Karmini Srimastuti, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, smear
artinya usaha dan pap adalah singkatan nama penemunya Papanicolau jadi papsmear
adalah metode skrining yang fungsinya untuk menapis dan mampu mendeteksi 90
persen tahap awal kanker serviks.
Papsmear harus dilakukan paling
lambat tiga tahun setelah melakukan hubungan seks pertama kali. Papsmear
dianjurkan untuk wanita yang memang sudah aktif untuk melakukan hubungan
seksual. Papsmear pun sebaiknya dilakukan secara rutin, yaitu untuk wanita
berusia di atas 21 tahun yang sudah aktif melakukan hubungan seksual disarankan
untuk melakukan papsmear satu kali dalam satu tahun. Namun ketika sudah
melakukan papsmear selama tiga tahun berturut-turut dan hasilnya selalu
negatif, pemeriksaan boleh dilakukan sebanyak 2-3 tahun sekali.
Untuk yang belum melakukan
hubungan seksual secara aktif belum terlalu perlu untuk melakukan papsmear.
Namun ada pengecualian, apabila wanita belum melakukan hubungan seksual secara
aktif namun ada gejala yang menonjol seperti pendarahan yang abnormal boleh
melakukan papsmear.
Kalau ada yang tidak bersedia bisa dengan cara lain untuk
memeriksa yaitu dengan memasukkan cotton bud ke dalam vagina. Namun karena
kemungkinan tidak tahu di mana letak serviksnya, dikhawatirkan lendirnya nanti
akan bercampur dengan lendir vagina. Namun saat ini ada imunisasi HPV yang bisa
disuntikkan kepada wanita yang belum berhubungan seksual secara aktif hingga
berusia 55 tahun, untuk mencegah kanker serviks.
Persiapan. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum wanita
melakukan pemeriksaan pap smear, di antaranya adalah:
- Tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu selama 24 jam sebelum pemeriksaan.
- Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di luar waktu menstruasi, karena pemeriksaan saat menstruasi hanya akan mengaburkan hasilnya.
- Tidak sedang ada dalam kondisi keputihan yang parah karena juga akan mengaburkan hasilnya.
- Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak diperkenankan untuk melakukan pencucian atau pembilasan vagina dengan bahan-bahan antiseptik.
Cara kerja papsmear adalah dengan
memasukan speculum ke dalam vagina. Speculum berfungsi untuk membuka liang
vagina sehingga dapat memeriksa Kondisi leher rahim. Setelah dibuka, dokter
akan mengambil cairan dari mulut rahim dengan menggunakan spatula. Secara
fisiologis sel-sel dari saluran bawah rahim atau kanalis servikalis akan lepas.
Cairan tersebut kemudian dioleskan dan kemudian dimasukkan dan direndam dengan
alkohol dengan kadar 96 persen.
Alkohol digunakan untuk menjaga
kondisi sel-sel tersebut. Kemudian sampel tersebut dibawa ke laboratorium
patologi anatomi. Cairan pun kemudian diangin-anginkan hingga kering. Setelah
kering lakukan pengenceran dengan metode Papanicolau. Hasilnya pun kemudian
bisa didiagnosis oleh dokter spesialis patologi anatomi dengan menggunakan
mikroskop.
Hasil Papsmear. Ada beberapa kemungkinan dari hasil pap smear,
namun secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu negatif, positif, dan dysplasia.
Berikut penjelasannya:
- Negatif yaitu hasil pemeriksaan masih dalam batas normal dan tidak ditemukan sel-sel yang abnormal ataupun berbahaya. Setelah mendapat hasil negatif biasanya akan diminta melakukan papsmear kembali setelah satu tahun.
- Positif yaitu di mana hasil pemeriksaan ditemukan sel pembentuk jaringan pelapis (sel epitel) yang abnormal. Apabila sudah positif, dokter akan menadwalkan beberapa tes untuk dilakukan, misalnya pemeriksaan kalposkopi dan tes HPV. Setelah semua hasilnya bisa dilihat, dokter pun akan menentukan terapi dan cara pengobatan apa yang harus dijalankan.
- Dysplasia, yaitu hasil pemeriksaan masih dalam batas normal namun ditemukan adanya perubahan sel. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena adanya dua hal yaitu infeksi dan perubahan sel reaktif. Ada beberapa contoh infeksi yang bisa terjadi yaitu infeksi bakteri, infeksi jamur, atau perubahan sel yang berhubungan dengan virus herpes simplex. Saat dikatakan menderita infeksi dokter biasanya akan memberikan terapi yang sesuai untuk mengatasinya. Sedangkan untuk perubahan sel reaktif bisa terjadi akibat proses tertentu, bisa infeksi, trauma, atau perubahan sel ke arah yang ganas. Pada kondisi ini, biasanya dokter akan memberikan terapi yang sesuai dan menyarankan pemeriksaan ulang 3- 6 bulan kemudian.
Pencegahan Lain. Selain melakukan pemeriksaan papsmear, ada
beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks.
Pertama, tidak berganti-ganti pasangan. Risiko terkena virus HPV tentu akan
semakin tinggi apabila melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang memiliki
virus HPV. Kedua, tak terlalu aktif secara seksual di usia muda. Ada penelitian
yang mengungkap bahwa wanita yang aktif secara seksual di usia yang terlalu
muda memiliki risiko terkena kanker serviks lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang menunggu untuk aktif secara seksual di usia yang lebih tua. Ketiga,
pola hidup sehat. Melakukan gaya hidup sehat seperti tidak merokok, rajin
olahraga, dan makan makanan bernutrisi juga dapat mencegah terjadinya kanker
serviks. Niken Wulandari (Info Kecantikan)
0 komentar:
Post a Comment