Monday, October 27, 2014

Papsmear Rutin Bisa Cegah Kanker Serviks

Papsmear Rutin Bisa Cegah Kanker Serviks
Kanker serviks menjadi penyakit yang diakui kaum hawa selain kanker payudara, karena bisa berujung pada kematian. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan tindakan pencegahan dengan melakukan tes papsmear secara rutin setiap tahun Terutama untuk mereka yang sudah melakukan aktivitas seksual secara aktif. Seperti apa?

Kanker serviks atau leher rahim menjadi kanker yang sering diderita kaum hawa selain kanker payudara. Leher rahim adalah bagian sempit yang berada di sebelah bawah antara vagina dan rahim wanita. Di tempat inilah kanker serviks berkembang. Kanker ini menyebabkan kematian terbanyak di dunia. Setiap tahunnya terdeteksi ada 500.000 kasus baru. Di Indonesia, dari seluruh penderita kanker sepertiganya adalah penderita kanker serviks.

Penyebab kanker serviks adalan virus human papilloma virus (HPV) yang dibawa oleh pasangan ketika berhubungan intim. Adanya HPV atau sel karsinoma pada seseorang berpotensi seseorang terkena kanker serviks hingga lebih dari 80 persen. Infeksi juga bisa menyebabkan timbulnya kanker serviks. lnfeksi ini dapat terjadi karena aktivitas seksual.

Papsmear. Untuk mencegah timbulnya kanker serviks, maka sebaiknya lakukan deteksi dini. Dengan deteksi dini, jika diketahui terkena kanker serviks maka penangannya lebih cepat dan kemungkinan sembuh lebih besar. Cara untuk mendeteksi dini kanker serviks adalah papsmear Dijelaskan oleh dr. Karmini Srimastuti, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan, smear artinya usaha dan pap adalah singkatan nama penemunya Papanicolau jadi papsmear adalah metode skrining yang fungsinya untuk menapis dan mampu mendeteksi 90 persen tahap awal kanker serviks.

Papsmear harus dilakukan paling lambat tiga tahun setelah melakukan hubungan seks pertama kali. Papsmear dianjurkan untuk wanita yang memang sudah aktif untuk melakukan hubungan seksual. Papsmear pun sebaiknya dilakukan secara rutin, yaitu untuk wanita berusia di atas 21 tahun yang sudah aktif melakukan hubungan seksual disarankan untuk melakukan papsmear satu kali dalam satu tahun. Namun ketika sudah melakukan papsmear selama tiga tahun berturut-turut dan hasilnya selalu negatif, pemeriksaan boleh dilakukan sebanyak 2-3 tahun sekali.

Untuk yang belum melakukan hubungan seksual secara aktif belum terlalu perlu untuk melakukan papsmear. Namun ada pengecualian, apabila wanita belum melakukan hubungan seksual secara aktif namun ada gejala yang menonjol seperti pendarahan yang abnormal boleh melakukan papsmear.

Kalau ada yang tidak bersedia bisa dengan cara lain untuk memeriksa yaitu dengan memasukkan cotton bud ke dalam vagina. Namun karena kemungkinan tidak tahu di mana letak serviksnya, dikhawatirkan lendirnya nanti akan bercampur dengan lendir vagina. Namun saat ini ada imunisasi HPV yang bisa disuntikkan kepada wanita yang belum berhubungan seksual secara aktif hingga berusia 55 tahun, untuk mencegah kanker serviks.

Persiapan. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan sebelum wanita melakukan pemeriksaan pap smear, di antaranya adalah:
  • Tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu selama 24 jam sebelum pemeriksaan.
  • Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di luar waktu menstruasi, karena pemeriksaan saat menstruasi hanya akan mengaburkan hasilnya.
  • Tidak sedang ada dalam kondisi keputihan yang parah karena juga akan mengaburkan hasilnya.
  • Selama 24 jam sebelum pemeriksaan tidak diperkenankan untuk melakukan pencucian atau pembilasan vagina dengan bahan-bahan antiseptik.

Cara kerja papsmear adalah dengan memasukan speculum ke dalam vagina. Speculum berfungsi untuk membuka liang vagina sehingga dapat memeriksa Kondisi leher rahim. Setelah dibuka, dokter akan mengambil cairan dari mulut rahim dengan menggunakan spatula. Secara fisiologis sel-sel dari saluran bawah rahim atau kanalis servikalis akan lepas. Cairan tersebut kemudian dioleskan dan kemudian dimasukkan dan direndam dengan alkohol dengan kadar 96 persen.

Alkohol digunakan untuk menjaga kondisi sel-sel tersebut. Kemudian sampel tersebut dibawa ke laboratorium patologi anatomi. Cairan pun kemudian diangin-anginkan hingga kering. Setelah kering lakukan pengenceran dengan metode Papanicolau. Hasilnya pun kemudian bisa didiagnosis oleh dokter spesialis patologi anatomi dengan menggunakan mikroskop.

Hasil Papsmear. Ada beberapa kemungkinan dari hasil pap smear, namun secara umum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu negatif, positif, dan dysplasia. Berikut penjelasannya:
  1. Negatif yaitu hasil pemeriksaan masih dalam batas normal dan tidak ditemukan sel-sel yang abnormal ataupun berbahaya. Setelah mendapat hasil negatif biasanya akan diminta melakukan papsmear kembali setelah satu tahun.
  2. Positif yaitu di mana hasil pemeriksaan ditemukan sel pembentuk jaringan pelapis (sel epitel) yang abnormal. Apabila sudah positif, dokter akan menadwalkan beberapa tes untuk dilakukan, misalnya pemeriksaan kalposkopi dan tes HPV. Setelah semua hasilnya bisa dilihat, dokter pun akan menentukan terapi dan cara pengobatan apa yang harus dijalankan.
  3. Dysplasia, yaitu hasil pemeriksaan masih dalam batas normal namun ditemukan adanya perubahan sel. Kondisi ini sangat mungkin terjadi karena adanya dua hal yaitu infeksi dan perubahan sel reaktif. Ada beberapa contoh infeksi yang bisa terjadi yaitu infeksi bakteri, infeksi jamur, atau perubahan sel yang berhubungan dengan virus herpes simplex. Saat dikatakan menderita infeksi dokter biasanya akan memberikan terapi yang sesuai untuk mengatasinya. Sedangkan untuk perubahan sel reaktif bisa terjadi akibat proses tertentu, bisa infeksi, trauma, atau perubahan sel ke arah yang ganas. Pada kondisi ini, biasanya dokter akan memberikan terapi yang sesuai dan menyarankan pemeriksaan ulang 3- 6 bulan kemudian.


Pencegahan Lain. Selain melakukan pemeriksaan papsmear, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kanker serviks. Pertama, tidak berganti-ganti pasangan. Risiko terkena virus HPV tentu akan semakin tinggi apabila melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang memiliki virus HPV. Kedua, tak terlalu aktif secara seksual di usia muda. Ada penelitian yang mengungkap bahwa wanita yang aktif secara seksual di usia yang terlalu muda memiliki risiko terkena kanker serviks lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang menunggu untuk aktif secara seksual di usia yang lebih tua. Ketiga, pola hidup sehat. Melakukan gaya hidup sehat seperti tidak merokok, rajin olahraga, dan makan makanan bernutrisi juga dapat mencegah terjadinya kanker serviks. Niken Wulandari (Info Kecantikan)

0 komentar:

Post a Comment