Tak sedikit wanita yang mengalami
obesitas atau over weight sering merasakan frustasi karena berat badan tak
kunjung menurun. Kegagalan demi kegagalan terkadang menjadi santapan rutin
dalam program penurunan berat badan. Ada yang berhasil turun, tetapi ada juga
yang mengalami yoyo. Padahal, sekarang ini memiliki berat badan proporsional
dengan balutan tubuh yang kencang merupakan prioritas utama dalam sebuah
penampilan. Berawal dari kegundahan masyarakat yang menginginkan tubuh langsing
dan menarik, mulai bermunculan berbagai program diet seperti diet detoks, diet
karbo, food Combining hingga yang terakhir booming adalah diet OCD (Obsessive
Corbuzier Diet).
Diet OCD yang cukup popular,
mudah dan banyak dilakukan oleh masyarakat lebih menitikberatkan pada puasa
atau jendela makan. Sistem jendela makan pada OCD merupakan metode
pengistirahatan perut dengan cara puasa. Berbeda dengan puasa pada umumnya,
dalam OCD diperbolehkan minum saat jam puasa. Konsep penurunan berat badan
terletak pada dua konsep yaitu, ketika kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih
banyak dari jumlah kalori keluar, maka kelebihannya akan disimpan menjadi
lemak.
Tetapi, jika jumlah kalori yang
masuk lebih sedikit dari jumlah kalori keluar, maka lemak terbakar dan berat
badan menurun. Untuk puasa, ada tiga jendela makan yang dapat dipilih, yaitu 16
jam, 18 jam dan 20 jam. Jadi waktu yang dapat digunakan untuk makan adalah 8
jam, 6 jam dan 4 jam. Selain itu, ada kebiasaan makan yang diubah yaitu tidak
sarapan pagi karena dianggap lebih baik.
Pro Kontra. Pro kontra diet OCD ini terus bermunculan di kalangan
masyarakat. Ada yang tetap menjalankan demi mendapatkan tubuh langsing. Ada
yang sudah menjalankan tetapi tetap merasa tidak berhasil. Berawal dari segala
bentuk pro kontra tersebut, bagi yang ingin menjalankan diet sebaiknya tetap
diperlukan konsultasi terlebih dulu atau pelaku diet harus memahami tentang
kondisi fisik dirinya sendiri. Hal ini bermanfaat mencegah terjadinya efek
negatif yang terjadi setelah pelaksanaan jangka panjang.
Namun, dalam pandangan lain, satu
hal yang bertentangan adalah tidak diperbolehkan sarapan. Padahal banyak
penelitian yang sudah terbukti bahwa sarapan sangat penting untuk menjaga
kualitas dari pada otak dan energi pada tubuh. Tak sedikit orang yang melakukan
OCD berhasil menurunkan berat badan, tetapi persentase penyakit lain seperti
kolesterol ikut meningkat.
Dapat disimpulkan keberhasilan
diet OCD karena mindset seseorang untuk berpuasa. Jika mindset sudah di-setting
maka akan berpengaruh terhadap perilaku dan kebiasaan. Tetapi, jika dalam waktu
makan, pelaku diet tidak dapat mengontrol atau kebablasan dalam pola makan,
maka asupan gizi akan menjadi tidak seimbang. Lambat laun, tanpa disadari tubuh
akan mengakumulasi timbunan penyakit yang terjadi karena salahnya asupan gizi.
Tak hanya itu saja, OCD bisa saja berdampak positif jika dilakukan pada orang
sehat. Tetapi apabila dijalankan pada orang yang menderita satu penyakit
seperti diabetes atau maag tentu saja tidak akan berfungsi secara maksimal.
Selain itu, ketentuan tidak diperbolehkan
sarapan dalam diet OCD mungkin tidak akan berdampak secara langsung. Tetapi,
tidak menutup kemungkinan akan berdampak negatif jika dilakukan dalam jangka
panjang. Apalagi jika OCD dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa yang masih
membutuhkan daya pikir dan energi untuk belajar. Atau dilakukan oleh para
eksekutif muda yang membutuhkan tenaga dan pikiran untuk terus bekerja serta
bergerak aktif setiap hari. Pada akhirnya dapat menyebabkan gula darah menurun,
tubuh menjadi lemas dan cepat mengantuk.
Perhatikan Menu Makanan. Menurut dr, Inayah Budiasti S.,MS, SpGK,
dokter spesialis gizi klinik, jika memang ingin melakukan diet OCD, tetap
dikembalikan dan diperhatikan pada pola menu makan. Pada jendela makan,
sebaiknya tetap memilih menu gizi seimbang. Caranya, jangan memilih makanan
yang mengandung karbohidrat simpleks. Karbohidrat simpleks merupakan
karbohidrat yang cepat diserap tubuh. Contohnya, gula pasir, gula jawa dan gula
jagung. Sedangkan, makanan yang mengandung karbohidrat simpleks yaitu susu,
Cookies dan permen. Selanjutnya, batasi konsumsi gula dan lemak jenuh dalam
menu makan sehari-hari.
Ditambahkan dr. David Fadjar
Putra MS, SpGK, dokter spesialis gizi klinik, dalam melakukan penurunan berat
badan sebaiknya tetap diperhatikan kegiatan olahraga. Jenis olahraga yang dapat
dilakukan antara lain aerobik, jogging atau jalan cepat. Bagi yang sudah
berusia di atas 45 tahun di mana fleksibilitas sudah menurun, maka olahraga
yang dianjurkan bersifat peregangan otot seperti yoga dan pilates. Kegiatan
olahraga sebaiknya dilakukan seminggu 3-5 Kali.
Sebaiknya olahraga diberi jeda
waktu untuk istirahat. Bila tidak tersedia waktu istirahat, akan terjadi
kelelahan otot yang akan menghambat kerja otot sehingga dapat menimbulkan
beberapa keluhan seperti linu, nyeri atau cedera otot. Jika Anda ingin efektif
menurunkan berat badan dengan melakukan berbagai program diet yang banyak
ditawarkan, sebaiknya mengonsultasikan terlebih dulu agar tidak menimbulkan
efek samping yang membahayakan tubuh. Widi, Anin (Info Kecantikan)
0 komentar:
Post a Comment