Thursday, December 12, 2013

Pahami Dulu Kondisi Fisik Sebelum Diet OCD

Tak sedikit wanita yang mengalami obesitas atau over weight sering merasakan frustasi karena berat badan tak kunjung menurun. Kegagalan demi kegagalan terkadang menjadi santapan rutin dalam program penurunan berat badan. Ada yang berhasil turun, tetapi ada juga yang mengalami yoyo. Padahal, sekarang ini memiliki berat badan proporsional dengan balutan tubuh yang kencang merupakan prioritas utama dalam sebuah penampilan. Berawal dari kegundahan masyarakat yang menginginkan tubuh langsing dan menarik, mulai bermunculan berbagai program diet seperti diet detoks, diet karbo, food Combining hingga yang terakhir booming adalah diet OCD (Obsessive Corbuzier Diet).

Diet OCD yang cukup popular, mudah dan banyak dilakukan oleh masyarakat lebih menitikberatkan pada puasa atau jendela makan. Sistem jendela makan pada OCD merupakan metode pengistirahatan perut dengan cara puasa. Berbeda dengan puasa pada umumnya, dalam OCD diperbolehkan minum saat jam puasa. Konsep penurunan berat badan terletak pada dua konsep yaitu, ketika kalori yang masuk ke dalam tubuh lebih banyak dari jumlah kalori keluar, maka kelebihannya akan disimpan menjadi lemak.

Tetapi, jika jumlah kalori yang masuk lebih sedikit dari jumlah kalori keluar, maka lemak terbakar dan berat badan menurun. Untuk puasa, ada tiga jendela makan yang dapat dipilih, yaitu 16 jam, 18 jam dan 20 jam. Jadi waktu yang dapat digunakan untuk makan adalah 8 jam, 6 jam dan 4 jam. Selain itu, ada kebiasaan makan yang diubah yaitu tidak sarapan pagi karena dianggap lebih baik.

Pro Kontra. Pro kontra diet OCD ini terus bermunculan di kalangan masyarakat. Ada yang tetap menjalankan demi mendapatkan tubuh langsing. Ada yang sudah menjalankan tetapi tetap merasa tidak berhasil. Berawal dari segala bentuk pro kontra tersebut, bagi yang ingin menjalankan diet sebaiknya tetap diperlukan konsultasi terlebih dulu atau pelaku diet harus memahami tentang kondisi fisik dirinya sendiri. Hal ini bermanfaat mencegah terjadinya efek negatif yang terjadi setelah pelaksanaan jangka panjang.

Namun, dalam pandangan lain, satu hal yang bertentangan adalah tidak diperbolehkan sarapan. Padahal banyak penelitian yang sudah terbukti bahwa sarapan sangat penting untuk menjaga kualitas dari pada otak dan energi pada tubuh. Tak sedikit orang yang melakukan OCD berhasil menurunkan berat badan, tetapi persentase penyakit lain seperti kolesterol ikut meningkat.

Dapat disimpulkan keberhasilan diet OCD karena mindset seseorang untuk berpuasa. Jika mindset sudah di-setting maka akan berpengaruh terhadap perilaku dan kebiasaan. Tetapi, jika dalam waktu makan, pelaku diet tidak dapat mengontrol atau kebablasan dalam pola makan, maka asupan gizi akan menjadi tidak seimbang. Lambat laun, tanpa disadari tubuh akan mengakumulasi timbunan penyakit yang terjadi karena salahnya asupan gizi. Tak hanya itu saja, OCD bisa saja berdampak positif jika dilakukan pada orang sehat. Tetapi apabila dijalankan pada orang yang menderita satu penyakit seperti diabetes atau maag tentu saja tidak akan berfungsi secara maksimal.

Selain itu, ketentuan tidak diperbolehkan sarapan dalam diet OCD mungkin tidak akan berdampak secara langsung. Tetapi, tidak menutup kemungkinan akan berdampak negatif jika dilakukan dalam jangka panjang. Apalagi jika OCD dilakukan oleh pelajar atau mahasiswa yang masih membutuhkan daya pikir dan energi untuk belajar. Atau dilakukan oleh para eksekutif muda yang membutuhkan tenaga dan pikiran untuk terus bekerja serta bergerak aktif setiap hari. Pada akhirnya dapat menyebabkan gula darah menurun, tubuh menjadi lemas dan cepat mengantuk.

Perhatikan Menu Makanan. Menurut dr, Inayah Budiasti S.,MS, SpGK, dokter spesialis gizi klinik, jika memang ingin melakukan diet OCD, tetap dikembalikan dan diperhatikan pada pola menu makan. Pada jendela makan, sebaiknya tetap memilih menu gizi seimbang. Caranya, jangan memilih makanan yang mengandung karbohidrat simpleks. Karbohidrat simpleks merupakan karbohidrat yang cepat diserap tubuh. Contohnya, gula pasir, gula jawa dan gula jagung. Sedangkan, makanan yang mengandung karbohidrat simpleks yaitu susu, Cookies dan permen. Selanjutnya, batasi konsumsi gula dan lemak jenuh dalam menu makan sehari-hari.

Ditambahkan dr. David Fadjar Putra MS, SpGK, dokter spesialis gizi klinik, dalam melakukan penurunan berat badan sebaiknya tetap diperhatikan kegiatan olahraga. Jenis olahraga yang dapat dilakukan antara lain aerobik, jogging atau jalan cepat. Bagi yang sudah berusia di atas 45 tahun di mana fleksibilitas sudah menurun, maka olahraga yang dianjurkan bersifat peregangan otot seperti yoga dan pilates. Kegiatan olahraga sebaiknya dilakukan seminggu 3-5 Kali.


Sebaiknya olahraga diberi jeda waktu untuk istirahat. Bila tidak tersedia waktu istirahat, akan terjadi kelelahan otot yang akan menghambat kerja otot sehingga dapat menimbulkan beberapa keluhan seperti linu, nyeri atau cedera otot. Jika Anda ingin efektif menurunkan berat badan dengan melakukan berbagai program diet yang banyak ditawarkan, sebaiknya mengonsultasikan terlebih dulu agar tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan tubuh. Widi, Anin (Info Kecantikan)

0 komentar:

Post a Comment