Anda ingin memiliki anak yang
pemberani sekaligus penurut orangtua? Ini sangat tergantung pada pola asuh
Anda. Jika Anda selalu mendidik anak dengan cara menakut-nakuti dengan hal
tertentu maka anak akan tumbuh menjadi pribadi penakut dan pembangkang. Lalu,
bagaimana pola asuh yang tepat bagi anak?
Sebagai orangtua Anda pasti
menyadari tidak mudah mendidik anak terutama tentang kedisiplinan. Mulai dari
disiplin makan hingga belajar. Hal-hal inilah yang membuat orangtua melakukan
berbagai cara. Salah satunya dengan menakut-nakuti anak agar mereka patuh.
Misalnya 'ayo makan, kalau tidak pak Polisi datang’. Hal ini terlihat sepele
tapi jika dilakukan terus menerus maka akan menciptakan pribadi anak yang
penakut.
Cara Mendidik. Menurut Henny E.Wirawan, M.Hum, Dosen Psikologi dari
Universitas Tarumanegara Jakarta, menakuti anak agar ia mau melakukan sesuatu
merupakan hal yang tidak baik. “Sering menakut-nakuti anak itu sebenarnya tidak
baik, karena mendidik anak pun harus
dengan cara yang tepat. Tidak dengan menakut-nakutinya," ujar Henny yang
hari itu tampil dengan blouse batik hitam dan celana warna senada.
Sementara itu, di tempat berbeda
Farida Syahrani.H., M.Psi., dosen Psikologi dari Universitas Persada Indonesia
Yayasan Administrasi Indonesia ini mengatakan, menakut-nakuti anak bukanlah
solusi agar anak menjadi disiplin tetapi justru membuat jiwa anak terancam
hingga trauma. “Menakut-nakuti anak bukanlah sebuah jalan keluar agar anak mau
makan, ataupun belajar karena efek paling buruknya anak menjadi trauma, dia
akan menganggap makanan itu sesuatu yang ditakuti, dan itu membuat anak
nantinya menjadi dilema. Pada akhirnya si anak menjadi penakut,” ujar Farida.
Ditambahkan Henny dampak yang
akan terjadi jika orangtua selalu berusaha menyuruh anak dengan cara
menakutinya adalah menjadi pribadi pengecut. “Dampaknya bervariasi.
Memang ada anak yang menjadi
sangat penurut. Namun lama kelamaan jika dia terus menerus selalu
ditakut-takuti, si anak bisa saja menjadi pembantah dan lama-lama ia akan
melawan karena ucapan orangtuanya dianggap berbohong dan tidak terbukti,”
terang Henny. Jika orangtua melakukan hal ini terus menerus pada anak akan
menimbulkan efek. Pertama, si anak jadi tidak percaya pada ucapan orangtuanya.
Kedua, si anak menjadi pribadi pengecut.
Dijelaskan Ida, seorang anak di
usia 1-5 tahun merupakan saat ia mulai mengenal hal-hal baru. Ia akan belajar
suatu kebiasaan yang akan diterapkannya hingga dewasa kelak. Jika dari kecil
saja tidak dibimbing dengan baik, bagaimana ia akan tumbuh baik ke depan. “Jadi
anak tidak akan melakukan hal yang tidak baik jika tidak diajarkan. Mereka
terbiasa karena dari kecil sudah dibiasakan oleh orangtuanya,” ucap wanita
berdarah Batak ini.
Oleh sebab itu, Ida memberikan
arahan bahwa anak diajarkan untuk melakukan sesuatu tidak melalui ancaman
tetapi dengan ajakan. “Dengan anak itu tidak perlu menggunakan bahasa-bahasa
yang mengandung unsur mengancam seperti ‘kalau tidak menghabiskan makanan nanti
dibawa topeng monyet loh'. Tidak perlu seperti itu. Tetapi dengan bahasa ajakan
‘ayo nak makan, biar badan sehat, nanti kalau makan bisa pintar, dan kuat loh’,
lebih tepat,” ungkap Ida yang hari itu mengenakan atasan batik warna hijau dan
celana warna senada.
Peran Orangtua. Dalam mendidik anak, peran dan perilaku orangtua
sangat penting. “Biasakan agar orangtua selalu mendampingi apa yang sedang dilakukan
oleh si kecil, disiplinkan waktu dan jam-jam
main mereka agar di kemudian hari mereka menjadi seorang yang disiplin. Para
orangtua harus lebih konsisten terhadap apa yang telah disepakati dengan
anaknya. Jangan sampai anak merasa dibohongi misalnya janjinya jika sudah tidur
siang boleh main tetapi sang ibu tidak menepatinya. Itu akan menimbulkan
persepsi anak bahwa orangtuanya berbohong. Hal tersebut berdampak anak tidak
percaya lagi dengan orangtuanya,” tambah Farida tersenyum.
Hal senada disampaikan oleh Henny
bahwa orangtua harus konsekuen dengan apa yang dikatakan dengan apa yang
dilakukan. “Dalam hal ini orangtua harus membuat jadwal yang jelas. Kapan anak
harus makan, tidur siang, mandi, dan harus belajar. Namun jadwal tersebut harus
diberlakukan setiap hari, jangan sampai tidak konsisten di hari sabtu dan
Minggu. Jadi anak pun dengan sendirinya akan mengikuti pola yang baik seperti
yang diajarkan oleh orangtua ungkapnya.
Nah, jika anak berhasil tertib
dan konsekuen dengan jadwal yang dibuat orangtua, orangtua harus memberikan
pujian dan semangat bagi si buah hati agar mereka dengan senang hati melakukan
hal tersebut. Leonina (Femme)
Iya tuh benar itu namanya Ibu ibu Pembohong doyan nya Nakut nakuti anak Doang
ReplyDelete