Tak hanya intensitas pertemuan
yang sering dilakukan tetapi kualitas hubungan suami istri (pasutri) menjadi
prioritas utama untuk mempertahankan hubungan agar tetap harmonis dan romantis.
Namun, tak disangkal terkadang hubungan pernikahan yang usianya sudah lebih
dari lima tahun mengalami kejenuhan. Lalu bagaimana cara untuk menghangatkannya
agar hubungan personal tetap berkualitas satu sama lain?
Umumnya pernikahan merupakan
momen berharga yang akan dirindukan banyak orang. Tahun-tahun pertama pernikahan
perasaan hangat, nyaman dan merasa saling membutuhkan akan mengisi setiap
perputaran waktu setiap harinya. Namun, tak dimungkiri banyak pasangan suami
istri yang mulai mengeluh ketika usia pernikahan sudah lebih dari lima tahun.
Namun, pernikahan yang menjadi tidak hangat tak terjadi begitu saja, pasti ada
dorongan atau pemicu menurunnya tingkat kehangatan dan kualitas hubungan
seseorang.
Banyak Faktor. Menurut Widya
Risnawaty, M.Psi, Psikoterapis, menurunnya kehangatan atau keharmonisan suami
istri dapat disebabkan banyak faktor antara lain berubahnya kualitas relasi
antara suami istri. Hal tersebut bisa disebabkan oleh banyak hal misalnya
perbedaan pendapat, perselisihan, pertengkaran, kekerasan dalam rumah tangga,
terjebak dalam rutinitas yang melelahkan sehingga menimbulkan kelelahan fisik
dan mental seperti kejenuhan.
Keadaan demikian lama-lama dapat
menciptakan jarak yang semakin jauh antara suami dan istri sehingga
masing-masing pasangan akan kehilangan daya dan energi untuk memperhatikan
kebutuhan psikis pasangannya. Pada dasarnya kondisi tersebut dapat dipahami
mengingat bahwa individu yang bersangkutan sesungguhnya sedang membutuhkan
perhatian dari pasangan. Namun, jika keadaan ini didiamkan satu sama lain atau
tidak saling memedulikan maka lambat laun proses hati yang tadinya hangat akan
menjadi mati rasa.
Selain urusan perasaan,
pengetahuan yang kurang akan keinginan dan kebutuhan pasangan dapat menjadi pemicu
menurunnya kehangatan satu sama lain. Lama-lama pasangan akan menjadi cuek satu
sama lain dan beranggapan bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja walaupun
sesungguhnya sedang dilanda masalah. Kemudian, terhambatnya komunikasi antara
suami dan istri dapat menghambat penyampaian segala sesuatu yang dirasakan atau
yang menjadi masalah untuk dibicarakan dan diselesaikan.
Selain itu, terdapat perubahan
prioritas dalam hidup sebagai dampak dari perubahan fase dan peran dalam hidup
berkeluarga. Contohnya, setelah menikah dan bertambahnya usia tahun pernikahan,
muncul peran tambahan yang semakin menyita waktu. Di awal pernikahan hanya
berperan sebagai suami, akhirnya berperan sebagai ayah, karyawan, ketua warga
atau ketua komunitas. Sedangkan istri tidak lagi hanya berperan sebagai istri
saja tetapi sebagai ibu, karyawan atau mengurus orang tuanya. Mau tak mau
kesenangan diri sendiri tidak lagi menjadi prioritas utama termasuk di dalamnya
kesenangan atau waktu bersama pasangan. Tak menutup kemungkinan pasangan dapat
merasa tersingkirkan karena kurangnya perhatian.
Sangat jelas bahwa pengaruh
faktor luar dan internal memberikan kontribusi terhadap menurunnya Kehangatan
atau keharmonisan suami dan istri. Baik lingkungan keluarga maupun kerja
sama-sama memberikan tekanan terhadap pasangan suami istri. Di rumah mereka
berdua harus menghadapi kenyataan bahwa adanya tuntutan yang tinggi terhadap
kesejahteraan keluarga sedangkan di lingkungan keluarga tekanan terkadang
datang mulai dari tuntutan tugas, hubungan yang mungkin kurang harmonis dengan
rekan kerja, ketidakpuasan dan protes atasan terhadap hasil kerja serta intrik
negatif yang terkadang akan mengancam kelangsungan hidup mereka.
Tuntutan dan tekanan yang datang
bertubi-tubi pada akhirnya dapat menimbulkan stres bagi individu yang
mengalaminya. Bagi mereka yang mengalami stres tentunya akan mempengaruhi
kondisi psikis individu yang bersangkutan sehingga tak jarang masalah yang
dihadapi di luar dibawa pulang ke rumah dan akan mempengaruhi mood buruk yang
bisa terbawa sampai di rumah. Bisa jadi masing-masing pasangan akan terpengaruh
emosinya menjadi lebih cepat marah atau sensitif tanpa membicarakan apa yang
menjadi akar permasalahannya. Jika pasangannya terpancing bukan hal yang tidak
mungkin akan menimbulkan masalah baru tanpa menyelesaikan masalah yang harusnya
terselesaikan terlebih dahulu.
Tidak Dibiarkan. Jika Semakin
bertambahnya usia pernikahan khususnya di atas lima tahun dan Anda sudah merasakan
ketidakhangatan dalam hubungan satu sama lain, sebaiknya jangan dibiarkan terus
menerus karena ibarat bom waktu yang disimpan lambat laun akan meledak. Tak
hanya amarah yang terlontar bahkan kata sepakat yang pernah terucap dalam janji
pernikahan dapat terlupakan begitu saja dan berakibat pada perceraian Karena
itu sebaiknya segera bergerak untuk kembali mengintrospeksi diri dan
menghangatkan hubungan tersebut dengan beberapa cara.
Salah satu cara yang paling dasar
dan dapat segera dibangun adalah komunikasi. Kunci komunikasi terletak pada
kemampuan dan kemauan untuk mendengarkan. Bukan hanya mendengar tapi
mendengarkan dalam arti sampai pada pemahaman dan pengertian yang senada satu
sama lain. Dalam berkomunikasi, hindari kata-kata yang bersifat memojokkan atau
menuduh. Sebaliknya tunjukkan kepercayaan dan penerimaan yang tulus agar
terjalin kepercayaan satu sama lain.
Dengan ketulusan dan kelembutan
yang diciptakan otomatis akan mendorong terjadinya keterbukaan yang akan
menjadi suatu fondasi panting dalam berkomunikasi. Namun, sebaiknya dalam
berkomunikasi hindari kata-kata yang saling memojokkan atau mengungkit
kesalahan-kesalahan di masa lalu yang cenderung menuduh dan tidak sesuai dengan
pembahasan. Anda juga dapat menciptakan suasana dan relasi yang romantis dengan
cara mengenang usaha-usaha yang dilakukan saat pacaran atau berusaha
mendapatkan perhatian dan cinta pasangan. Hadirkan kembali semangat dan
ketertarikan yang dulu pernah membawa Anda berjuang untuk mendapatkannya.
Untuk menambah kehangatan dan
kembali menciptakan suasana romantis satu sama lain, maka perlu ditunjang
dengan kontak fisik Jika hubungan sudah terlanjur dingin, Anda dapat mulai
dengan kontak fisik sederhana seperti bergandengan tangan, mengelus pipi atau
memeluk lalu berikan pujian dan penghargaan positif untuk pasangan Anda. Untuk
setiap perubahan kecil yang dilakukannya, berikan pujian dan tak lupa ucapkan
kata terima kasih. Tanpa disadari pujian yang diberikan akan mendatangkan
energi positif dan menghangatkan suasana.
Ditambahkan Felix Lengkong, Ph.D,
doktor psikologi klinis, selain menghangatkan suasana yang dapat dilakukan
dengan variasi hubungan intim, beberapa tindakan sederhana dapat dilakukan di
antaranya selalu meningkatkan rasa saling peduli, saling menghormati, selalu
berpikir positif tentang pasangan satu sama lain dan bersikap toleran.
Kesabaran dan mengalah tidak akan mengurangi rasa gengsi diri dan tetap
bersikap jujur atas semua perasaan yang ada. Terakhir, tumbuhkan selalu
keinginan untuk selalu bersama dan siap melewati segala rintangan yang nantinya
akan muncul selama proses menghangatkan kembali hubungan yang sempat mendingin.
Widi
Sumber: Tabloid Info Kecantikan
0 komentar:
Post a Comment