Setiap kali empeng dimasukkan ke dalam mulut sang bayi, setiap kali itu pula terjadi penghentian eksperimen bayi dalam menggunakan ekspresi wajah untuk menunjukkan apa yang mereka inginkan.
Para ahli telah
melakukan tiga penyelidikan terpisah tentang bahaya penggunaan empeng bayi
terhadap perkembangan emosinya. Namun, penelitian tersebut adalah yang pertama
kalinya menghubungkan empeng bayi dengan pengaruh psikologis, dan laporannya
sudah dimuat dalam Medical News Today.
Bayi belajar
mengekspresikan emosi melalui bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan gerak. Nah, empeng
justru menghindarkan bayi untuk melakukan semuanya.
“Orangtua dapat
berbicara dengan bayinya, meski awalnya bayi tidak mengerti arti kata-kata.
Karena itulah mereka berkomunikasi melalui nada suara dan ekspresi wajah
orangtuanya,” kata Paula Niedenthal, ketua peneliti, seperti dikutip The
Inquisitr Online.
Penelitian itu juga
menunjukkan bahwa mahasiswa (laki-laki), yang dilaporkan menggunakan empeng
ketika bayi, memiliki skor lebih rendah ketika diuji kepandaian emosi,
dibandingkan dengan yang tidak memakainya. Anehnya, bayi perempuan justru tidak
terpengaruh oleh penggunaan empeng bayi, dan tim peneliti tidak atau belum
mengetahui sebabnya.
Hanya saja, respon
orangtua kebanyakan negatif. Niedenthal
mengatakan, hasil penelitian tersebut seharusnya ditanggapi dengan lebih
serius, Lebih jauh, tim peneliti menyebutkan empeng sebenarnya tidak berbahaya
asalkan diaplikasikan pada waktu yang tepat. Paling tepat di malam hari, ketika bayi sedang tidur. Pada saat
itu, bayi tidak meniru dan mengobservasi ekspresi wajah orangtuanya.
Sumber: Tabloid Gaya Hidup Sehat
0 komentar:
Post a Comment