Osteoporosis atau keropos tulang
sering kali dialami oleh mereka yang lanjut usia, meski tak menutup kemungkinan
yang masih muda pun bisa mengalami masalah ini. Osteoporosis bisa terjadi
karena kekurangan kalsium di dalam tulang. Mengonsumsi keju secara rutin bisa
mencegah timbulnya penyakit osteoporosis. Benarkah?
Kalsium merupakan mineral yang
memegang persentase terbesar dari pembentukan tulang. Selain kalsium, tulang
juga terdiri dari magnesium dan fosfor, air dan jaringan ikat sehingga tulang
menjadi keras dan padat. Begitu pula dengan hormon di dalam tubuh seperti
paratiroid, kalsitonin, estrogen dan vitamin C juga memengaruhi kepadatan dan
kekerasan tulang.
Proses pembentukan tulang sudah
terjadi sejak masih di dalam Kandungan. Ketika janin berusia 3-4 minggu,
sel-sel cikal bakal pembentukan tulang sudah mulai terbentuk, dan proses
pembentukan tulang atau bone remodelling cycle berlangsung. Namun semakin
bertambah usia, kemampuan tubuh semakin menurun. Oleh sebab itu sejak dini,
dari dalam kandungan hingga sebelum usia 35 tahun, sebaiknya ”menabung” kalsium
ke dalam tulang sehingga terhindar dari penyakit osteoporosis.
Keju. Selain susu, keju juga
dapat digunakan sebagai ”tabungan” untuk kepadatan tulang. Keju merupakan bahan
makanan yang dihasilkan dengan cara memisahkan zat-zat padat dalam susu melalui
proses pengentalan (koagulasi). Keju dihasilkan dari bahan susu kambing dan
susu domba, sehingga merupakan makanan yang kaya nutrisi. Kandungan gizi yang
terdapat dalam keju yaitu protein, lemak, kalsium dan vitamin. Satu pons keju
memiliki protein dan lemak yang jumlahnya sama dengan satu galon susu. Keju
dengan tingkat kelembaban yang tinggi memiliki konsentrasi nutrisi yang lebih
rendah dibandingkan dengan keju yang tingkat kelembabannya rendah.
Keju sangat kaya akan kalsium,
fosfor dan seng. Satu ons keju mengandung sekitar 200 ml kalsium. Kandungan
kalsium pada keju akan berbeda, tergantung pada apakah keju tersebut
dikoagulasi menggunakan enzim atau asam. Keju yang dikoagulasi menggunakan
enzim mengandung kalsium dua kali lebih banyak dibandingkan dengan yang
menggunakan asam. Keju juga kaya akan sodium, karena penambahan garam saat
proses pembuatannya.
Saat susu murni digunakan untuk
membuat keju, vitamin A dan D yang larut dalam lemak tinggal pada dadih (bagian
padat dari susu). Namun, banyak vitamin yang larut dalam air yang hilang
terbawa air dadih. Hanya sekitar seperempat dari ribotlavin (vitamin B2) dan
seperenam dari tiamin (vitamin B1) yang tinggal pada keju cheddar, sedangkan
niasin, vitamin B6, vitamin B12, biotin, asam pantothenic dan folat terbawa
bersama air dadih (bagian cair dari susu). Dijelaskan oleh Auw Ting Yu, ahli
patah tulang dan keseleo, Kandungan kalsium dan vitamin D yang tinggi pada keju
inilah yang dapat mencegah osteoporosis jika dikonsumsi secara rutin. Untuk
mendapatkan manfaatnya, keju dapat dimakan secara langsung atau dicampurkan
dengan bahan makanan lainnya.
Kombinasi. Walaupun keju diklaim
dapat mencegah penyakit osteoporosis, menurut dr. Jafri Hasan, Sp.OT, dokter
spesialis bedah penyakit ortopedi dan traumatologi, kombinasi gaya hidup yang
sehat, yaitu makan keju secara rutin dengan pengobatan medis maka secara
optimal dapat meredakan osteoporosis. Hal ini merupakan suatu cara yang dapat
dilakukan oleh semua orang dan semua usia.
Kombinasi pengobatan secara medis
dan mengubah gaya hidup yang lebih secara sehat dan teratur ini harus dilakukan
seumur hidup supaya tidak terjadi risiko patah tulang. Untuk meningkatkan
kepadatan tulang dan mencegah osteoporosis, sebaiknya juga minum dua gelas susu
dan suplemen vitamin D setiap hari, terutama pada usia paruh baya yang
sebelumnya tidak mendapatkan kecukupan kalsium. Dianjurkan juga minum suplemen
kalsium dalam jumlah yang cukup sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal,
sekitar usia 30 tahunan.
Di samping itu, sebaiknya juga
melakukan olahraga beban atau olahraga seperti berjalan kaki, naik tangga, senam
dan berenang, yang menggerakkan seluruh tubuh sehingga kepadatan tulang
meningkat. Olahraga tersebut dilakukan tiga kali seminggu, dengan frekuensi
setiap kali berolahraga minimal 30 menit.
Osteoporosis. Osteoporosis adalah
pengurangan massa tulang yang berakibat pada risiko patah tulang yang lebih
besar yang biasa dialami mereka yang berusia di atas 60 tahun, dan sudah
menopause. Osteoporosis dibedakan menjadi dua, yaitu osteoporosis primer dan
osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer disebabkan karena faktor hormonal
seperti pada wanita yang sudah menopause, sementara pada pria tidak diketahui
penyebabnya (idiopatik), serta faktor keturunan.
Sementara osteoporosis sekunder
disebabkan karena penyakit seperti hipertiroid, hiperparatiroid, pemakaian obat-obatan
kortikostiroid, merokok, cushing’s disease (hiperadrenokortisme atau
hiperkortisolisme adalah suatu kondisi kelainan endokrin yang disebabkan oleh
kandungan kortisol yang berlebihan pada darah), hypogonadism (penurunan
aktivitas kelenjar gonad, yang merupakan kelenjar yang memproduksi hormon
reproduksi). Osteoporosis sekunder juga disebabkan kelainan hepar (hati),
kegagalan ginjal kronis, kurang gerak, kebiasaan minum alkohol, kelebihan
kafein, asupan kalsium, kurang sinar matahari dan sebagainya.
Saat awal seseorang menderita
osteoporosis tidak menimbulkan gejala. Tetapi secara perlahan kepadatan tulang
berkurang sehingga tulang menjadi hancur. Selanjutnya akan timbul nyeri tulang
dan kelainan bentuk. Untuk mengatasi osteoporosis adalah dengan meningkatkan
kepadatan tulang. Biasanya diberikan suplemen kalsium dan vitamin D dalam
jumlah yang cukup. Sementara untuk wanita yang menopause yang menderita
osteoporosis biasanya diberikan hormon estrogen dan progesteron atau
alendronate dan bifosfonat, yang bisa memperlambat dan menghentikan penyakit
osteoporosis. Anita
Sumber: Info Kecantikan
0 komentar:
Post a Comment