Dua ilmuwan
berkebangsaan Inggris berhasil menemukan hubungan pola makan yang minim serat
dengan sindrom metabolik pada tahun 1970. Mereka mengamati orang- orang Afrika
Selatan yang jarang terjangkiti penyakit-penyakit yang sering menyerang
orang-orang Eropa. Ternyata pemicunya karena orang-orang Afrika Selatan menu
makanan hariannya lebih kaya serat.
Keberadaan serat
dalam makanan bisa dideteksi dari produksi feses saat buang air besar (BAB).
Jika konsumsi serat cukup, pola BAB menjadi rutin (setiap hari), konsistensi
fesesnya lunak dan bulky (volume besar dan mengambang di kloset), dan tak perlu
mengejan saat BAB seperti dijelaskan dr Eva Maria Christine, MGizi dari Erpour
Beauty & Health Clinic Kelapa Gading, Jakarta.
Dulu, serat
dianggap makanan yang tidak berguna. Namun anggapan itu pun semakin terkikis
seiring ditemukannya berbagai manfaat serat bagi kesehatan. Mari, kenali lebih
dalam!
Ingin Langsing, Jangan Abaikan Serat
Untuk memperoleh
tubuh langsing, kita harus memperhatikan asupan nutrisi. Cara terbaik adalah
memilih jenis bahan pangan yang baik dikonsumsi, sehingga nutrisi tercukupi,
tetapi tidak membuat tubuh kelebihan bobot.
Serat merupakan bahan penyusun
dinding sel tanaman. Oleh karena itu, serat hanya dijumpai pada bahan makanan
nabati. Ditilik dari struktur kimianya, serat merupakan jenis karbohidrat
kompleks (polisakarida) yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen,
dan oksigen berantai panjang yang tidak bisa dicerna tubuh, namun dapat
memberikan efek protektif bagi kesehatan tubuh. Itulah sebabnya banyak ahli
gizi menyarankan konsumsi jenis makanan ini untuk membantu mengurangi rasa
lapar bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan.
Beberapa
penelitian menunjukkan, konsumsi serat bisa mengatur kadar gula darah dan
insulin, serta menurunkan kadar kolesterol jahat (low-density lipoprotein/LDL).
Orang yang sering mengonsumsi serat cenderung memiliki kadar gula darah dalam
kisaran normal serta berisiko rendah terhadap penyakit jantung koroner atau
sindrom metabolik. Kita dapat menjumpai serat ini pada sayuran, buah, umbi dan
serealia.
Berdasarkan
jenisnya, dikenal serat tidak larut dan serat larut.
Serat Larut. Serat makanan yang larut dalam air, bisa menyerap
air di dalam usus, dan membentuk `gel’ di saluran pencernaan, sehingga
memperlambat pengosongan lambung. Serat ini sering dianjurkan untuk menurunkan
berat badan. Para ahli juga merekomendasikan karena dapat menurunkan kolesterol
jahat dengan menghambat penyerapan kolesterol dari makanan.
- Pektin: buah-buahan, seperti apel, stroberi dan jeruk.
- Beta-glukan: biji-bijian, seperti beras merah dan barley.
- Gum: kacang-kacangan (kacang polong), sayuran hijau (brokoli, bayam), rumput laut, serta serealia seperti padi dan sekam Phylium (banyak digunakan sebagai suplemen).
Serat Tak Larut. Jenis serat makanan yang tidak larut dalam air,
tetapi menyehatkan usus dengan efek detoksifikasi di usus besar (kolon) dan
mempertahankan pH (derajat keasaman) usus, sehingga dapat menurunkan risiko
kanker kolon. Karena tidak larut dalam air, maka serat ini bisa melewati
saluran pencernaan dalam bentuk relatif utuh, mempercepat perjalanan makanan
dan limbah melalui usus.
- Selulosa: sayuran berbentuk daun (seperti kubis), umbi-umbian (Wortel, bit), bekatul, dan whole wheat.
- Hemiselulosa: kulit ari penutup beras atau gandum.
- Lignin: batang sayuran dan kulit buah.
Pilih Laktoovovegetarian
Banyak ahli gizi tidak merekomendasikan diet vegetarian yang hanya
mengonsumsi sayuran dan buah. Menurut dr Eva, diet vegetarian memang menurunkan
risiko penyakit jantung. Namun, jika hanya mengonsumsi pangan nabati, maka
dapat meningkatkan risiko anemia (defisiensi Zat besi dan vitamin B12).
Mengingat Zat besi yang terkandung dalam pangan nabati adalah zat besi
non-heme.
”Lebih baik Anda menerapkan diet laktovegetarian, ovovegetarian, ataupun
kombinasi keduanya, lakto-ovovegetarian yang masih bisa mengonsumsi telur dan
susu,” tegas dr Eva.
Konsumsi Sesuai Anjuran
Berapa banyak serat yang dibutuhkan tubuh? Kebutuhan serat dipengaruhi usia
dan jenis kelamin. Rata-rata Wanita dewasa (19-50 tahun) butuh 25 gram serat
setiap hari, sementara pria dewasa dalam jenjang usia yang sama butuh lebih
besar, 30 sampai 38 gram per hari. Mereka yang mengidap atau berisiko terkena
penyakit jantung, obesitas, diabetes, kanker usus, dan sejenisnya membutuhkan
serat dalam jumlah lebih banyak (40 gram per hari).
Makanan berserat larut dan serat tak larut idealnya dikonsumsi dalam
perbandingan jumlah yang sama (1:1). Agar jenis serat larut dan tak larut
berimbang, kombinasikan ragam buah dan sayuran dalam asupan harian Anda
(semakin bervariasi warnanya, semakin baik). Dan ingat, kandungan serat terbanyak
pada sayuran terletak di batangnya, sementara pada buah di kulit.
Untuk diet pelangsingan, buah dan sayuran dianjurkan dikonsumsi sebelum
makanan utama serta dikonsumsi sebagai kudapan. Setelah konsumsi serat,
minumlah air putih yang cukup untuk mencegah dehidrasi dan sembelit. Karena
serat bersifat mengikat air.
Jika konsumsi serat berlebih (> 45 gram per hari), maka akan menyebabkan
peningkatan fermentasi serat oleh bakteri normal dan short chain_fatty acids di
kolon pengabsorpsi. Sehingga produksi gas (metana, hidrogen, dan karbon
dioksida) meningkat yang menimbulkan keluhan perut kembung dan peningkatan
frekuensi flatus.
10 Manfaat Serat Bagi Kesehatan
1. Mencegah sembelit
2. Mencegah wasir
3. Mengurangi risiko kanker kolon dan iritasi usus lainnya
4. Mengobati diare
5. Mengatasi hipertensi
6. Mencegah dan mengobati diabetes
7. Mencegah penyakit jantung
8. Mengontrol nafsu makan dan membantu menurun- kan bobot tubuh
9. Menurunkan kadar kolesterol jahat
10. Menjaga kesehatan dan kecantikan kulit
(K)
0 komentar:
Post a Comment