Ikatan yang ada di antara seorang
anak dengan ayahnya memerlukan kerja keras tak hanya dari sang ayah. Juga
dibutuhkan peran ibu yang senantiasa mengingatkan dan mendekatkan hubungan
antara anak dengan ayah.
Masih tertanam kuat hingga kini
bahwa mengurus anak merupakan tugas ibu, sedangkan tugas ayah mencari nafkah.
Di era yang sudah modern, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, ibu juga
turut mencari nafkah. Namun, di balik itu semua, peran ibu tetap memegang peran
utama dalam hal mengurus anak.
Hal tersebut disampaikan oleh
Psikolog Rustika Thamrin, S.Psi., sebagai sesuatu yang kurang fair. Sejatinya
kedua orang tua seharusnya mengasuh anak bersama untuk melengkapi peran mereka
masing-masing.
Pun jika ayah sibuk bekerja, ayah
juga harus tetap menjalin kedekatan dengan anak. Rustika menyampaikan sebaiknya
proses mendekatkan diri dengan anak ini dimulai sedini mungkin, terutama di
masa-masa emas anak, yakni usia 0-3 tahun.
"Usia 0-1 tahun adalah
masa-masa di mana anak pertama kali mengenal sentuhan yang akan dirasakan dan
direkam oleh anak. Antara sentuhan ayah dan ibu yang berbeda juga akan diingat
anak,” jelas Psikolog dari Rustika Thamrin & Associates ini.
Sisi feminin ibu yang sentuhannya
dirasa sangat lembut, lebih banyak bicara atau kata-kata yang diucapkan dan
detail namun tetap memberikan harmoni agar tenang bisa dirasakan anak.
"Tapi dalam kehidupan modern
kalau orang punya sisi feminin saja dia bisa menjadi keperempuanan, kebayang
kan kalau anak lelaki lebih banyak mendapat sentuhan ibu? Apalagi 80% karakter
anak dibentuk oleh lingkungan dan yang 20% oleh genetik,” sambung Rustika.
Psikolog yang juga praktik di
Brawijaya Women and Children Hospital ini menyampaikan pentingnya pasangan
untuk mengerti tentang hak dan kewajiban yang akan mereka jalani ketika berumah
tangga.
Pun tidak ada salahnya jika
membuat perjanjian tertulis sebelum menikah tentang hak dan kewajiban ketika
sudah menikah. Tidak hanya terkait dengan materi, namun perjanjian tersebut
juga berisi tentang hal lainnya seperti mengatur kedekatan ayah dan anak.
"Misalnya ketika istri
sedang hamil, saat itu suami sudah bisa mulai untuk menjalin kedekatan pada
anak dengan mengelus perut istrinya atau mengajak ngobrol calon bayinya,”
tambah psikolog cantik ini.
JANGAN TERJEBAK KARIER
Banyak suami yang terjebak karier
dan terus sibuk bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak punya waktu. Ini
seringkali membuat para ayah lupa bahwa anak tidak hanya membutuhkan materi
untuk dipenuhi. Pada saat itulah peran istri harusnya mengingatkan suami untuk
bisa lebih dekat dengan anak yang bisa dimulai dengan menghabiskan lebih banyak
waktu bersama istri yang sedang hamil.
Ketika kelak sang anak lahir ayah
pun sebaiknya turut serta mengurus anak dan tidak menyerahkan tugas tersebut
pada istri atau pengasuh.
"Kalau mau dekat sama anak,
ya harus punya waktu. Jangan mentang-mentang merasa itu darah dagingnya, lalu
sudah pasti akan 'menempel’. Komitmen itulah yang harus selalu diingatkan oleh
istri,” pungkas Rustika.
Para pria berusia di bawah 35
tahun biasanya sedang berada dalam masa-masa sibuk mengejar karier pada
masa-masa ini istri harus selalu bisa memberi masukan dan mengingatkan suami.
"Sebagai kepala keluarga dia
akan sadar dan berpikir agar kehidupannya seimbang antara pekerjaan dengan
keluarga. Suami-istri harus selalu mencari keseimbangan tentang bagaimana
hidupnya bisa sejahtera dan bahagia dengan karier yang dimiliki. Bukan justru
terjebak karier yang bisa menghancurkan keluarga tersebut,” urai Rustika.
Untuk para ayah yang ingin mendekatkan
diri dengan anaknya, Rustika menekankan agar lebih banyak memberikan sentuhan
dan body language, bukan hanya berkata-kata. ”Sekarang zaman memang sudah
canggih, bisa kirim pesan suara. Tapi lebih bagus lagi jika kebiasaan ini
dilakukan secara langsung ditambah dengan sentuhan-sentuhan,” kata Rustika.
Hal lain yang bisa dilakukan
untuk membangun kedekatan dengan si kecil adalah dengan melakukan aktivitas
bersama. Misalnya sang ayah senang bermain piano, cobalah untuk melakukan hal
ini bersama-sama dengan sang anak meski ia masih berada di dalam kandungan
ibunya.
”Kalau anaknya sudah lahir bisa
sambil dipangku ajak main piano. Ini akan membuat anak terbiasa dan bisa
menjadi cikal bakal mengembangkan minat anak jika nantinya anak juga tertarik
pada piano,” tambahnya lagi.
Rustika lebih lanjut memaparkan
bahwa menurut penelitian, anak-anak yang dekat dengan ayahnya akan menjadi
anak-anak dengan rasa kompetisi yang besar.
"Karena laki-laki itu kan
memiliki jiwa saing (compete) yang tinggi dan tidak mau mengalah. Sedangkan
perempuan itu jiwanya membuat sesuatu menjadi harmoni. Perpaduan keduanya itu
diperlukan, jadi tidak bisa hanya compete saja tidak pakai harmoni. Keduanya
perlu ditanamkan tidak hanya lewat omongan tapi kedekatan hubungan
langsung," papar Rustika.
BUTUH PROSES
Rustika mengingatkan, bagi para
ayah yang tidak dekat dengan anaknya jangan heran jika nanti omongannya tidak
didengarkan oleh sang anak. Itulah mengapa peran ayah sangat penting, terutama
di saat putrinya memasuki masa puber atau beranjak dewasa.
"Kalau ibu yang bicara
jangan pakai baju ketat pada anak perempuannya bisa berbeda hasilnya jika ayah
yang mengatakan. Ayah bisa menyampaikan dengan sudut pandangnya sebagai
laki-laki dan itu biasanya bisa diterima oleh anak perempuannya jika mereka
punya hubungan dekat sebagai ayah dan anak.
Tapi kalau ayahnya jarang di
rumah tahu tahu bicara seperti itu pasti akan membuat anaknya bertanya-tanya
mengapa ayahnya tiba-tiba begitu. Kita cenderung lebih mendengar siapa yang
berbicara daripada apa yang dibicarakan," jelas Rustika.
Oleh karena itu, Rustika
menekankan bahwa kedekatan yang terjalin antara ayah dan anak yang dimulai
sejak dini merupakan sebuah investasi jangka panjang. Kedekatan itu bukanlah
suatu proses yang bisa dengan cepat dilakukan, melainkan harus melewati
beberapa tahap dan sayangnya inilah yang seringkali tidak disadari oleh para
orang tua.
Posisi ayah sebagai kepala
keluarga ibarat direktur dalam sebuah perusahaan. Dalam perusahaan, direktur
membuat berbagai peraturan, sedangkan ibu ibarat seorang manajer yang bertugas
mengontrol peraturan-peraturan yang dibuat untuk dipatuhi.
"Jadi bagaimana
kebijakan-kebijakan dan peraturan yang dibuat ayah dapat dikontrol oleh ibu.
Seperti sebuah perusahaan saja, semuanya harus dijalankan secara profesional
biar bisa berjalan dengan baik," tambah Rustika.
Jalin Kedekatan Setiap Hari
Bagi para ayah, membangun
kedekatan dengan si kelcil bisa dilakukan secara terencana dan tentu sebaiknya
jika dilakukan setiap hari.
Ayah bisa saja mengajak anaknya
bermain dengan begitu banyak kegiatan. Ayah hanya perlu menyesuaikan permainan
dengan usia si anak. Termasuk sejak anak masih di dalam kandungan karena fungsi
otak anak sudah mulai berfungsi sejak masih dalam kandungan. Ayah sudah bisa
mendekatkan diri dengan mengajak anak bercanda, mengobrol, menyanyi atau
mendengarkan musik bersama.
"Ketika anak lahir, kita
bisa melihat perkembangannya. Anak akan dengan cepat menangkap ekspresi yang
ditunjukkan oleh ayahnya. Misalnya ayahnya gembira dan mengajak bercanda, anak
dapat dengan mudah tersenyum. Berbeda lagi jika ayah seringkali
bersungut-sungut, anak akan menangkap kepribadian negatif ayahnya. Jadi
usahakan untuk selalu berbicara positif, karena anak sudah bisa menilai dari
nada bicara orang tuanya," jelas Rustika.
Seperti saat anak usia 8 bulan,
mereka sudah bisa menangkap emosi orang-orang di sekelilingnya. Jadi adalah hal
yang wajar jika anak menangis bertemu dengan orang yang belum dikenalnya.
Manfaatkan waktu luang di akhir
pekan untuk bisa memupuk kebersamaan yang berkualitas bersama anak. Buatlah
rencana yang berbeda dilakukan setiap minggunya agar anak selalu merasa ada hal
yang beru ketika bermain atau menghabiskan waktu bersama ayah.