Showing posts with label Psikologi. Show all posts
Showing posts with label Psikologi. Show all posts

Sunday, January 18, 2015

Kiat Bangkitkan Gairah Pasangan Yang Lelah Bekerja

Hubungan suami istri menjadi salah satu resep keharmonisan pasutri. Tak heran menurunnya gairah seksual akibat kelelahan bekerja membuat keharmonisan juga menurun. Sebelum masalah tersebut menjadi berlarut-larut, sebaiknya Anda segera membangkitkan gairah pasangan. Seperti apa?

Hasil riset yang dilakukan ilmuwan Jepang belum lama ini sungguh mengejutkan, bahwa pasangan suami istri (pasutri) yang sama-sama lelah bekerja rawan mengalami penurunan gairah seksual. Yang mengejutkan adalah karena keasyikan bekerja sebanyak 40 persen pasangan tidak pernah lagi berhubungan intim selama lebih dari sebulan.

Gairah seksual adalah pelumas dari ”panasnya” permainan di atas ranjang, karena tanpa gairah maka hubungan suami istri akan hambar dan tak bermakna. Beberapa pasangan yang sibuk bekerja memang mengalami penurunan gairah yang drastis yang umumnya terjadi pada malam hari, pada saat mereka dituntut untuk "bertempur” diatas ranjang.

Dijelaskan oleh dr. Ferryal Loetan, ASC & T, SpRM, M.Kes- MMR, konsultan seks dan spesialis rehabilitasi, sebenarnya penurunan gairah seksual tidak akan terjadi jika kondisi kedua pasangan suami istri sama-sama sehat. Ditambahkan oleh dr. Nugroho Setiawan, SpAnd, dokter spesialis andrologi atau seksolog, sesibuk apapun pasutri dalam bekerja, tetapi selama keduanya sepakat untuk menikmati dan menganggap bercinta itu menyenangkan dan mengasyikkan maka berhubungan intim bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja.

Meningkatkan Gairah. Meski sibuk bekerja, namun bukan alasan pasutri tidak bercinta karena selama kondisi jasmani dan rohaninya sehat maka pekerjaan seberat apapun bukan menjadi penghalang untuk bercinta.
Lantas bagaimana agar gairah bercinta tetap menggebu-gebu meski sibuk bekerja? Berikut tips-tipsnya:

Meningkatkan energi untuk bercinta. Sebagaimana diketahui untuk berpetualang seks yang ”panas" diperlukan energi yang dahsyat. Energi dahsyat ini dapat diperoleh dengan olahraga teratur minimal dua kali seminggu, makan makanan yang kaya kandungan protein seperti ikan dan ayam, serta banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran yang kaya kandungan antioksidan Seperti apel dan brokoli. Jika semua ini dikombinasi dengan istirahat yang cukup sebelum bercinta, maka dijamin permainan cinta Anda dan pasangan akan berlangsung dengan ”panas” dan “liar” sepanjang malam hingga pagi hari.

Meningkatkan rangsangan yang diberikan selama foreplay atau pemanasan. Foreplay merupakan faktor terpenting dari suatu hubungan intim karena dengan foreplay yang baik bisa membangkitkan gairah pasangan Anda untuk bercinta. Tak hanya itu saja, foreplay juga bisa membuat dinding vagina menjadi relaks sehingga memudahkan pasangan untuk melakukan penetrasi. Teknik foreplay ini bisa dimulai dari melakukan pemijatan untuk membangkitkan stimulasi seks. Caranya teteskan minyak di atas tangan Anda, lalu dengan melumuri minyak, tangan Anda lebih mudah untuk memijat dan meremas tubuh. Rasa hangat pun akan terasa jika Anda memijat tubuh pasangan dengan minyak.
Agar teknik foreplay yang Anda lakukan lebih asyik, sebaiknya Anda mempertahankan pakaian dalam Anda selama melakukan foreplay. Biarkan pasangan menerka apa yang tersembunyi di baliknya sehingga rasa penasarannya akan membuat hasrat pasangan Anda semakin menggebu.

Untuk membuat pasangan Anda lebih membara, sentuhlah titik-titik erotis di tubuh pasangan Anda dengan menggunakan tangan dan bibir Anda. Mayoritas titik erotis pria ada di bagian telinga, leher, tengkuk, dada, daerah puting hingga daerah di sekitar kemaluannya. Menyentuh tubuh pasangan dengan tangan adalah hal biasa, karena itu cobalah beri sentuhan dengan nafas dan bibir Anda, lalu sentuh pasangan di bagian telinga, leher, tengkuk, dada, hingga bagian erotisnya.

Tak hanya meningkatkan rangsangan foreplay saja, kepiawaian dalam melakukan berbagai variasi bercinta juga diklaim bisa membangkitkan gairah bercinta. Dimulai dari variasi tempat, karena bercinta tidak selalu dilakukan di kamar tidur saja. Untuk membangkit

kan libido pasangan pilihlah tempat yang Anda anggap paling menantang untuk bercinta secara liar, misalnya di dalam mobil yang selain simpel, mobil adalah tempat paling pas untuk bercinta. Dimulai dari french kiss yang sangat lama, lakukan berulang-ulang hingga pasangan melambung ke langit ketujuh. Lalu perlahan-lahan baringkan punggung Anda dengan kepala bertumpu pada sebuah bantal, angkat kaki Anda ke udara selurus dan setinggi mungkin. Sembari berlutut, masih sambil berciuman tuntun pasangan untuk mendorong kaki Anda ke satu sisi, sambil tetap menjaga kaki Anda tersebut tetap pada posisinya. Perlahan-lahan rayu pasangan untuk sesegera mungkin memasuki Anda, mulailah dengan ayunan lembut sambil membuka kaki sedikit lebih lebar, semakin lama semakin cepat seiring dengan irama gerakan pasangan. Sementara menanti panasnya ledakan orgasme, tuntun pasangan untuk mengulum payudara Anda masih sambil bergerak di dalam Anda, kemudian tatap pasangan dengan pandangan intens yang sangat lama sambil menggerakkan bibir dan lidah seprovokatif mungkin untuk memancingnya menyudahi permainan sambil melambungkan pasangan ke dalam surga kenikmatan paling dahsyat dalam hidupnya.


Untuk membangkitkan lagi gairahnya, tidak ada salahnya mencoba berbagi fantasi seksual dengan pasangan. Rayu pasangan untuk mengungkapkan fantasi paling liarnya sebagai pria dewasa. Selanjutnya wujudkan fantasinya dalam permainan cinta Anda. Misalnya pasangan berfantasi bermain dengan penari striptis, maka ubah diri Anda untuk menjadi seorang penari striptis di dunia fantasinya. Satu per satu tanggalkan busana Anda hingga benar-benar polos tak bersisa sambil terus meliukkan tubuh dengan gerakan liar provokatif layaknya penari striptis sungguhan. Buat pasangan tergila-gila dengan tarian maut Anda. Widi/IK (Info Kecantikan)

Monday, December 8, 2014

Investasi Jangka Panjang (Ayah Masa Kini)

Ikatan yang ada di antara seorang anak dengan ayahnya memerlukan kerja keras tak hanya dari sang ayah. Juga dibutuhkan peran ibu yang senantiasa mengingatkan dan mendekatkan hubungan antara anak dengan ayah.

Masih tertanam kuat hingga kini bahwa mengurus anak merupakan tugas ibu, sedangkan tugas ayah mencari nafkah. Di era yang sudah modern, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, ibu juga turut mencari nafkah. Namun, di balik itu semua, peran ibu tetap memegang peran utama dalam hal mengurus anak.
Investasi Jangka Panjang (ayah masa kini)

Hal tersebut disampaikan oleh Psikolog Rustika Thamrin, S.Psi., sebagai sesuatu yang kurang fair. Sejatinya kedua orang tua seharusnya mengasuh anak bersama untuk melengkapi peran mereka masing-masing.


Pun jika ayah sibuk bekerja, ayah juga harus tetap menjalin kedekatan dengan anak. Rustika menyampaikan sebaiknya proses mendekatkan diri dengan anak ini dimulai sedini mungkin, terutama di masa-masa emas anak, yakni usia 0-3 tahun.

"Usia 0-1 tahun adalah masa-masa di mana anak pertama kali mengenal sentuhan yang akan dirasakan dan direkam oleh anak. Antara sentuhan ayah dan ibu yang berbeda juga akan diingat anak,” jelas Psikolog dari Rustika Thamrin & Associates ini.

Sisi feminin ibu yang sentuhannya dirasa sangat lembut, lebih banyak bicara atau kata-kata yang diucapkan dan detail namun tetap memberikan harmoni agar tenang bisa dirasakan anak.

"Tapi dalam kehidupan modern kalau orang punya sisi feminin saja dia bisa menjadi keperempuanan, kebayang kan kalau anak lelaki lebih banyak mendapat sentuhan ibu? Apalagi 80% karakter anak dibentuk oleh lingkungan dan yang 20% oleh genetik,” sambung Rustika.

Psikolog yang juga praktik di Brawijaya Women and Children Hospital ini menyampaikan pentingnya pasangan untuk mengerti tentang hak dan kewajiban yang akan mereka jalani ketika berumah tangga.

Pun tidak ada salahnya jika membuat perjanjian tertulis sebelum menikah tentang hak dan kewajiban ketika sudah menikah. Tidak hanya terkait dengan materi, namun perjanjian tersebut juga berisi tentang hal lainnya seperti mengatur kedekatan ayah dan anak.
"Misalnya ketika istri sedang hamil, saat itu suami sudah bisa mulai untuk menjalin kedekatan pada anak dengan mengelus perut istrinya atau mengajak ngobrol calon bayinya,” tambah psikolog cantik ini.

JANGAN TERJEBAK KARIER

Banyak suami yang terjebak karier dan terus sibuk bekerja untuk mencari nafkah sehingga tidak punya waktu. Ini seringkali membuat para ayah lupa bahwa anak tidak hanya membutuhkan materi untuk dipenuhi. Pada saat itulah peran istri harusnya mengingatkan suami untuk bisa lebih dekat dengan anak yang bisa dimulai dengan menghabiskan lebih banyak waktu bersama istri yang sedang hamil.

Ketika kelak sang anak lahir ayah pun sebaiknya turut serta mengurus anak dan tidak menyerahkan tugas tersebut pada istri atau pengasuh.

"Kalau mau dekat sama anak, ya harus punya waktu. Jangan mentang-mentang merasa itu darah dagingnya, lalu sudah pasti akan 'menempel’. Komitmen itulah yang harus selalu diingatkan oleh istri,” pungkas Rustika.

Para pria berusia di bawah 35 tahun biasanya sedang berada dalam masa-masa sibuk mengejar karier pada masa-masa ini istri harus selalu bisa memberi masukan dan mengingatkan suami.

"Sebagai kepala keluarga dia akan sadar dan berpikir agar kehidupannya seimbang antara pekerjaan dengan keluarga. Suami-istri harus selalu mencari keseimbangan tentang bagaimana hidupnya bisa sejahtera dan bahagia dengan karier yang dimiliki. Bukan justru terjebak karier yang bisa menghancurkan keluarga tersebut,” urai Rustika.

Untuk para ayah yang ingin mendekatkan diri dengan anaknya, Rustika menekankan agar lebih banyak memberikan sentuhan dan body language, bukan hanya berkata-kata. ”Sekarang zaman memang sudah canggih, bisa kirim pesan suara. Tapi lebih bagus lagi jika kebiasaan ini dilakukan secara langsung ditambah dengan sentuhan-sentuhan,” kata Rustika.

Hal lain yang bisa dilakukan untuk membangun kedekatan dengan si kecil adalah dengan melakukan aktivitas bersama. Misalnya sang ayah senang bermain piano, cobalah untuk melakukan hal ini bersama-sama dengan sang anak meski ia masih berada di dalam kandungan ibunya.

”Kalau anaknya sudah lahir bisa sambil dipangku ajak main piano. Ini akan membuat anak terbiasa dan bisa menjadi cikal bakal mengembangkan minat anak jika nantinya anak juga tertarik pada piano,” tambahnya lagi.

Rustika lebih lanjut memaparkan bahwa menurut penelitian, anak-anak yang dekat dengan ayahnya akan menjadi anak-anak dengan rasa kompetisi yang besar.

"Karena laki-laki itu kan memiliki jiwa saing (compete) yang tinggi dan tidak mau mengalah. Sedangkan perempuan itu jiwanya membuat sesuatu menjadi harmoni. Perpaduan keduanya itu diperlukan, jadi tidak bisa hanya compete saja tidak pakai harmoni. Keduanya perlu ditanamkan tidak hanya lewat omongan tapi kedekatan hubungan langsung," papar Rustika.

BUTUH PROSES

Rustika mengingatkan, bagi para ayah yang tidak dekat dengan anaknya jangan heran jika nanti omongannya tidak didengarkan oleh sang anak. Itulah mengapa peran ayah sangat penting, terutama di saat putrinya memasuki masa puber atau beranjak dewasa.

"Kalau ibu yang bicara jangan pakai baju ketat pada anak perempuannya bisa berbeda hasilnya jika ayah yang mengatakan. Ayah bisa menyampaikan dengan sudut pandangnya sebagai laki-laki dan itu biasanya bisa diterima oleh anak perempuannya jika mereka punya hubungan dekat sebagai ayah dan anak.

Tapi kalau ayahnya jarang di rumah tahu tahu bicara seperti itu pasti akan membuat anaknya bertanya-tanya mengapa ayahnya tiba-tiba begitu. Kita cenderung lebih mendengar siapa yang berbicara daripada apa yang dibicarakan," jelas Rustika.

Oleh karena itu, Rustika menekankan bahwa kedekatan yang terjalin antara ayah dan anak yang dimulai sejak dini merupakan sebuah investasi jangka panjang. Kedekatan itu bukanlah suatu proses yang bisa dengan cepat dilakukan, melainkan harus melewati beberapa tahap dan sayangnya inilah yang seringkali tidak disadari oleh para orang tua.

Posisi ayah sebagai kepala keluarga ibarat direktur dalam sebuah perusahaan. Dalam perusahaan, direktur membuat berbagai peraturan, sedangkan ibu ibarat seorang manajer yang bertugas mengontrol peraturan-peraturan yang dibuat untuk dipatuhi.

"Jadi bagaimana kebijakan-kebijakan dan peraturan yang dibuat ayah dapat dikontrol oleh ibu. Seperti sebuah perusahaan saja, semuanya harus dijalankan secara profesional biar bisa berjalan dengan baik," tambah Rustika.

Jalin Kedekatan Setiap Hari

Bagi para ayah, membangun kedekatan dengan si kelcil bisa dilakukan secara terencana dan tentu sebaiknya jika dilakukan setiap hari.

Ayah bisa saja mengajak anaknya bermain dengan begitu banyak kegiatan. Ayah hanya perlu menyesuaikan permainan dengan usia si anak. Termasuk sejak anak masih di dalam kandungan karena fungsi otak anak sudah mulai berfungsi sejak masih dalam kandungan. Ayah sudah bisa mendekatkan diri dengan mengajak anak bercanda, mengobrol, menyanyi atau mendengarkan musik bersama.

"Ketika anak lahir, kita bisa melihat perkembangannya. Anak akan dengan cepat menangkap ekspresi yang ditunjukkan oleh ayahnya. Misalnya ayahnya gembira dan mengajak bercanda, anak dapat dengan mudah tersenyum. Berbeda lagi jika ayah seringkali bersungut-sungut, anak akan menangkap kepribadian negatif ayahnya. Jadi usahakan untuk selalu berbicara positif, karena anak sudah bisa menilai dari nada bicara orang tuanya," jelas Rustika.

Seperti saat anak usia 8 bulan, mereka sudah bisa menangkap emosi orang-orang di sekelilingnya. Jadi adalah hal yang wajar jika anak menangis bertemu dengan orang yang belum dikenalnya.


Manfaatkan waktu luang di akhir pekan untuk bisa memupuk kebersamaan yang berkualitas bersama anak. Buatlah rencana yang berbeda dilakukan setiap minggunya agar anak selalu merasa ada hal yang beru ketika bermain atau menghabiskan waktu bersama ayah.  

Tuesday, October 28, 2014

Mengatasi Perilaku Tantrum Pada Anak

Mengatasi Perilaku Tantrum Pada Anak
Mendengar tangisan anak yang tak berkesudahan diiringi jeritan hingga ekspresi tak wajar seperti bergulingan di lantai, memukul dan melempar barang tentu saja sangat mengejutkan. Kondisi demikian disebut tantrum yang biasanya terjadi pada-anak-anak. Jika menghadapi situasi seperti ini, orangtua jangan langsung panik. Kenali penyebabnya dan atasi sedini mungkin. Bagaimana caranya?

Pernah melihat seorang anak menangis, berteriak sampai guling-gulingan di tengah keramaian? Atau mungkin saja buah hati Anda tiba-tiba melempar-lempar barang yang ada di dekatnya hingga memukul-mukul diri sendiri? Jika mendapati keadaan tersebut, Anda jangan keburu panik atau membalas dengan emosi, marah-marah atau gelisah. Kepanikan dan amarah orangtua akan memperburuk keadaan. Usahakan tetap tenang dan peluk anak dengan kehangatan.

Jika anak mulai memukul-mukul diri sendiri segera raih tangannya dan tenangkan diri anak dengan sungguh-sungguh. Ketenangan yang diberikan orangtua kepada anak dalam keadaan seperti ini diharapkan dapat meredakan emosi anak. Langkah tersebut dapat menjadi sebuah tahap awal sebelum orangtua mendalami lebih lanjut mengenai kondisi tantrum dan cara mencegahnya.

Tantrum. Dijelaskan Maria, M.Psi.,psikolog., MCHt., EST, CGA, tantrum adalah Kondisi luapan emosi yang biasanya ditampilkan dalam bentuk perilaku menangis, berteriak, menghentak-hentakkan kaki, memukul-mukul, bahkan melukai diri sendiri dan orang lain. Perilaku tantrum yang paling banyak dikeluhkan para orangtua terjadi pada anak usia 1-3 tahun.

Pada usia tersebut, umumnya anak sedang mengembangkan rasa kemandirian sehingga mereka ingin melakukan dan memiliki berbagai macam hal untuk memuaskan keinginan mereka sendiri. Namun, hal atau keinginan tersebut sering kali berbenturan dengan aturan yang berasal dari orangtua. Benturan yang berupa larangan atau hukuman atas keinginan anak ini yang menyebabkan timbulnya emosi pada anak seperti rasa marah, sedih atau kecewa yang kemudian diekspresikan dalam bentuk perilaku menangis atau marah.

Umumnya Kondisi tantrum cukup sering dijumpai terutama pada anak-anak yang terlambat bicara. Keadaan tersebut dikarenakan mereka belum dapat mengekspresikan emosi secara verbal, maka orangtua umumnya sulit memahami isi hati anak. Pada akhirnya akan mengakibatkan kebutuhan emosi anak semakin tidak terpenuhi dan anak menjadi frustrasi hingga tantrum. Tak hanya itu saja, Kondisi tantrum juga terjadi pada anak-anak yang tidak dilatih untuk mengekspresikan emosi dengan cara yang baik.

Di dalam tahap perkembangan anak, ketika anak berusia 2-4 tahun, mereka mulai memelajari untuk mengungkapkan emosi istilah-istilah dasar seperti “aku sedih, aku marah, aku takut, aku bahagia”. Selanjutnya jika orangtua sudah mengarahkan atau memberi kesempatan kepada anak untuk mencurahkan isi hati, maka ketika emosi negatif tengah dirasakan, mereka akan belajar bahwa ada cara lain selain menangis atau berteriak untuk mengungkapkan isi hati salah satunya dengan saling membicarakan atau mengomunikasikannya. Perilaku marah atau menangis wajar dialamit setiap anak, namun frekuensi dan durasinya tidak akan berlarut-larut dan anak cenderung mudah ditenangkan.

Selain kondisi tersebut, tantrum juga dapat terjadi pada anak-anak yang dimanjakan orangtua, anak yang merasa kurang dikasihi, diperhatikan serta anak korban kekerasan, dan anak-anak yang dimanjakan orangtua atau selalu dituruti keinginannya. Akhirnya, mereka tidak mampu untuk menunda atau mengalihkan keinginan sehingga ketika sesekali keinginannya tidak dipenuhi, maka anak akan merasa tidak nyaman dan menunjukkan perilaku tantrum. Perilaku tersebut sebagai cara atau upaya dalam mengomunikasikan bahwa mereka menuntut agar keinginannya dapat dipenuhi segera mungkin.

Berdampak Negatif. Apabila kondisi tantrum pada anak dibiarkan dan terus terjadi bahkan menjadi sebuah kebiasaan hingga usia anak terus bertambah, maka akan berdampak negatif pada kemampuan anak beradaptasi di lingkungan sosial. Anak akan mengalami kesulitan membangun relasi sosial yang harmonis dengan teman-temannya maupun orang yang lebih tua seperti guru. Tidak menutup kemungkinan akan mendatangkan perilaku yang cenderung melanggar aturan yang berlaku. Jika dibiarkan terus menerus, dikhawatirkan ketika beranjak remaja akan terlibat dalam kenakalan remaja.
Sebagai orangtua tentu saja menginginkan hal terbaik dan tak ingin buah hatinya memiliki perilaku tantrum hingga dewasa. Ada beberapa tips yang dapat dilakukan orangtua agar mencegah perilaku tersebut, antara lain:

Pertama, rajin melatih anak untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dua arah. Arahkan dan jelaskan kepada anak bahwa ketika mereka menjelaskan isi hatinya, orang lain akan lebih memahami keinginan mereka. Di saat mereka sedih, takut, khawatir dan marah, mereka tetap diperbolehkan menangis atau marah untuk melepaskan emosi negatifnya.

Namun, setelah perasaan lega dan lepas, mereka dapat bicara sesuka hati dan mengetahui bahwa segala keluh kesah yang ingin diceritakan pasti didengarkan. Komunikasi antara orangtua dan anak atau yang dapat disebut sebagai komunikasi dua arah memungkinkan mereka untuk berdiskusi dan menemukan jalan tengah jika ada keinginan anak yang bertentangan dengan pemikiran atau aturan orangtua.


Kedua, bersikap demokratis dalam mendidik anak. Usahakan tetap seimbang, jangan memanjakan dan jangan otoriter terhadap anak. Pola asuh seperti ini harus dilakukan sejak usia dini. Orangtua harus belajar mendengarkan keinginan anak dan memenuhinya jika ternyata keinginan tersebut merupakan hal terbaik bagi anak. Sebaliknya, tetap katakan tidak jika keinginan atau harapan anak memang tidak dapat dipenuhi. Hal ini akan membantu anak mengembangkan rasa aman, memiliki kemandirian, rasa inisiatif terhadap situasi apapun dan kemampuan mengontrol diri yang baik. Widi (Info Kecantikan)

Saturday, October 11, 2014

Mengawasi Anak Yang Senang Dengan Media Sosial

Mengawasi Anak Yang Senang Dengan Media Sosial
Perlu orangtua sadari bahwa saat ini adalah zaman digital. Pada zaman digital ini gadget dijadikan kebutuhan primer karena dapat dengan mudah digunakan untuk berkomunikasi ataupun mendapatkan informasi. Pada usia 10 tahun, anak sudah memasuki masa pra-remaja, sehingga anak merasa lebih enak dan nyaman mengobrol dengan teman-temannya daripada dengan orangtua. Pada usia tersebut kebutuhan eksis mereka juga sedang tinggi. Dengan demikian, memiliki akun media sosial membuat anak merasa terhubung dengan dunia yang luas.

Meski begitu; ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua menghadapi anak yang bermain di media sosial, antara lain:

Pertama, sebelum memberikan anak gadget orangtua harus membangun sistem yang baik di rumah. Buat kesepakatan dengan anak mengenai waktu bermain gadget. Tentukan jam-jam di mana anak boleh atau tidak bermain gadget. Ajak anak untuk menentukan waktunya. Tidak hanya waktu, anak juga diajak untuk menentukan konsekuensi apa yang didapat apabiia anak tidak mematuhi aturan yang sudah dibuat. Hal lain yang bisa dilakukan adalah tidak meletakkan televisi dan komputer di dalam kamar. Televisi dan komputer sebaiknya diletakkan di public area seperti ruang keluarga.

Kedua, buat kesepakatan dengan anak agar orangtua bisa mengecek isi ponsel anak dan melihat situs apa saja yang diakses oleh anak. Kalau perlu minta password dari media sosial anak. Beri pemahaman bahwa saat ini banyak kejahatan yang terjadi karena media sosial. Anak umur 10 tahun biasanya sulit apabiia hanya diberikan penjelasan, karena itu berikan buktinya. Perlihatkan koran yang memuat berita-berita tersebut. Orangtua juga bisa ikut memiliki akun di media sosial dan berteman dengan anak di media sosial mereka. Dengan begitu orangtua tahu apa yang dilakukan anak. Tidak hanya itu, orangtua tahu siapa teman-teman anak.


Ketiga, orangtua juga dapat memberikan pemanaman pada anak bahwa jumlah like, retweet, dan love pada sosial media itu adalah bukan harga diri mereka. Banyak anak merasa bahwa jika banyaknya jumlah like dan love pada jejaring sosial membuat mereka terlihat semakin berharga. Ingatkan pada mereka bahwa anak sangat berharga karena memperoleh kasih sayang dari orang-orang yang ada di sekitar mereka, seperti orangtua, kakak, adik, ataupun keluarga lainnya. Tanamkan hal tersebut sejak dini sehingga ketika besar, nilai-nilai tersebut sudah melekat pada sang anak. Niken Wulandari. (Info Kecantikan)

Tuesday, September 2, 2014

Menghadapi Anak Yang Sulit Bergaul

Menghadapi Anak Yang Sulit Bergaul
Konsultan: Astrid W.E.N, M.Psi, Psikolog
Setiap anak memiliki tipe yang berbeda-beda dalam pergaulannya. Ada anak dengan tipe yang tidak suka bergaul. Tipe anak seperti ini akan merasa nyaman dengan kondisi yang tidak memiliki banyak teman. Biasanya tipe anak seperti ini tertutup kepada orang yang memang tidak memiliki hubungan dekat dengannya. Sebaliknya, ada anak yang sangat mudah bergaul. Anak tipe ini akan mudah menyesuaikan diri dengan orang-orang baru yang ada di sekitarnya. Tipe selanjutnya adalah anak memiliki kebutuhan khusus yang menyebabkan anak sulit bergaul dengan teman-temannya.

Wednesday, July 23, 2014

Kiat Menghadapi Anak Remaja

Setiap anak memiliki usia yang berbeda ketika akan menuju remaja. Seorang anak dikatakan sebagai remaja ketika memasuki usia 11-12 tahun dan berakhir pada usia 18-21 tahun. Namun, biasanya anak suka membantah terjadi saat memasuki umur 10-11 tahun. Pada usia tersebut, anak akan mengalami perubahan, sehingga terkadang membuat orangtua kaget saat melihat perilaku sang anak. 

Tuesday, June 17, 2014

Menghilangkan Fobia Gelap

Konsultan: Ratih Zulhaqqi, M.Psi, Psikolog
Fobia memiliki arti sebagai bentuk ketakutan berlebihan yang dimiliki seseorang terhadap suatu benda, situasi, ataupun sebuah kejadian. Fobia memiliki perbedaan dengan rasa takut biasa. Orang yang menderita fobia memiliki ketakutan terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak menyeramkan untuk orang lain. Ada berbagai jenis fobia yang bisa dimiliki seseorang. Sebagai contoh, ada orang-orang yang memiliki ketakutan terhadap warna gelap, jenis makanan, bahkan jenis tumbuh-tumbuhan. Untuk yang Anda alami fobia terhadap gelap atau yang lebih dikenal dengan nama lygophobia.

Monday, June 2, 2014

Mengatasi Sikap Lupa

Konsultan: Adib Setiawan, M.Psi
Lupa menjadi sesuatu hal wajar yang kerap dialami manusia normal. Sering kali saat akan melakukan sesuatu, tiba-tiba saja lupa. Namun jika hal ini terus berulang yang kerap disebut pikun, tentu mengganggu rutinitas. Perlu diketahui, pada dasarnya otak manusia memiliki sel secara kompleks yang memiliki fungsi spesifik yang saling berhubungan. Daya ingat setiap orang berbeda-beda tergantung bagaimana memaksimalkannya.

Monday, March 10, 2014

Cara Kenalkan Anak Pada Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial tak akan pernah lepas dari kehidupan siapa pun. Setelah seorang anak dilahirkan dan berkembang, ia tak hanya berhadapan dengan lingkungan keluarga, tetapi akan menghadapi lingkungan yang lebih besar yaitu lingkungan masyarakat. Untuk menghadapi kondisi tersebut tentu dibutuhkan kemampuan anak untuk bersosialisasi demi menunjang perkembangan di masa dewasa. Bagaimana caranya?

Saturday, March 8, 2014

Selektif Memilih Tayangan Televisi Untuk Anak-anak

Menonton televisi merupakan aktivitas rutin yang umum dilakukan setiap hari, tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun sangat suka menonton televisi. Informasi yang didapat dari tayangan tetevisi bisa berdampak positif maupun negatif. Dan anak adalah obyek yang paling rentan terkena dampak negatif. Sebab mereka belum bisa berpikir secara dewasa mana tontonan yang seharusnya mereka tonton dan mana yang tidak boleh mereka lihat. Jadi mereka mudah terpengaruh tontonan televisi yang buruk.

Wednesday, January 22, 2014

Mengajarkan Kesederhanaan Pada Anak

Kesederhanaan merupakan nilai yang cukup penting untuk diperkenalkan kepada anak. Tujuannya agar anak dapat menyesuaikan diri dan tidak menjadi angkuh karena kemampuan finansial yang dimiliki orangtua. Dalam hal ini, peran orangtua sangat dibutuhkan untuk mendukung anak memiliki nilai kesederhanaan tersebut. Pertama, orangtua harus mengajarkan anak untuk tidak berlaku konsumtif dalam hidup. Kedua, anak belajar untuk menabung dalam jumlah kecil hingga besar. Tabungan bisa direalisasikan lewat celengan atau membuatkan rekening anak di bank. Ketiga, jika anak mulai merengek minta sesuatu yang tidak terlalu dibutuhkan, sebaiknya orangtua tidak langsung menyetujui permintaan anak. Ajarkan anak mengenai prioritas kebutuhan yang harus dipenuni terlebih dulu dan arahkan anak untuk terus menabung jika ingin membeli atau mendapatkan sesuatu yang diinginkan.

Tuesday, January 7, 2014

Bersaing Secara Sehat di Dunia Kerja

Setelah memutuskan masuk ke dunia kerja, setiap orang dewasa sudah mengetahui segala bentuk aturan yang ada di dalamnya.Tak hanya berharap mendapat gaji setiap bulan, memiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan perlu dilakukan setiap pekerja. Karena itu, diperlukan kemampuan berkompetisi secara sehat di dalam diri untuk mencetak prestasi gemilang sepanjang karier. Bagaimana caranya?

Saturday, December 14, 2013

Hal Yang Harus Dipersiapkan Saat Bulan Madu Kedua

Bulan madu dapat dirujuk sebagai momen besar tetapi hanya sebagai penanda atau, momentum awal. Untuk selanjutnya, pasangan dapat menciptakan kualitas dan kehangatan hubungan tanpa harus dalam bentuk bulan madu. Cara sederhana yang dapat dilakukan adalah buatlah waktu khusus bersama pasangan atau membuat kegiatan berdua yang sifatnya harian. Tetapi, jika dalam rutinitas, Anda berdua merasa perlu untuk pergi menjauh dan me-refresh pikiran, maka kegiatan tersebut dapat dilakukan. Intinya adalah memberi ruang dan waktu untuk memperbaharui relasi seksual dengan pasangan.

Friday, December 6, 2013

Sering Ditakut-takuti Anak Jadi Penakut dan Pembangkang

Anda ingin memiliki anak yang pemberani sekaligus penurut orangtua? Ini sangat tergantung pada pola asuh Anda. Jika Anda selalu mendidik anak dengan cara menakut-nakuti dengan hal tertentu maka anak akan tumbuh menjadi pribadi penakut dan pembangkang. Lalu, bagaimana pola asuh yang tepat bagi anak?

Friday, November 22, 2013

Mudah Beradaptasi, Cara Efektif Atasi Bully

Anda pernah di-bully? Pasti sangat tidak nyaman rasanya. Ternyata fenomena bullying tidak hanya berlangsung di sekolah hingga jempol kuliah saja. Karena fase bullying bisa dialami oleh setiap orang bahkan ketika memasuki dunia kerja. Langkah apa yang harus dilakukan agar Anda mudah beradaptasi dengan lingkungan baru?

Saturday, November 9, 2013

Tips Mencegah Anak "Kecanduan" Internet

Teknologi informasi saat ini berkembang sangat pesat seirama dengan perubahan zaman. Tak hanya orang dewasa yang dapat menggunakan internet, kini sudah banyak anak-anak yang belum cukup umur sangat tergantung pada gatget yang dimilikinya. Namun tahukah Anda, anak yang menjadi pecandu internet sejak usia dini, berdampak buruk pada perkembangannya kelak? Apa saja itu?

Saturday, October 12, 2013

Pasutri Yang Dijodohkan, Berpotensi Cerai

Usia Anda sudah seharusnya menikah? Beberapa kali menjalin hubungan asmara tetapi selalu putus, sehingga tidak sedikit pasangan yang terpaksa menerima perjodohan yang diatur orangtua. Lulu, apakah perjodohan seperti ini akan langgeng?

Wednesday, October 2, 2013

Gairah Seks Tetap Membara Meski Sudah Menikah Lama

Hubungan suami istri yang sudah bertahun-tahun terkadang menjadi hambar seiring gairah seks yang mulai meredup. Kehangatan dan romantisme seolah mulai menghilang. Salah satu penghangat keharmonisan hubungan suami istri adalah gairah seks yang harusnya tetap panas membara meski sudah menikah bertahun-tahun lamanya. Bagaimana caranya membangkitkan gairah seks yang mulai memudar? 

Saturday, August 24, 2013

Tips Tetap Hangat Meski Sudah Menikah Lebih Dari 5 Tahun

Tak hanya intensitas pertemuan yang sering dilakukan tetapi kualitas hubungan suami istri (pasutri) menjadi prioritas utama untuk mempertahankan hubungan agar tetap harmonis dan romantis. Namun, tak disangkal terkadang hubungan pernikahan yang usianya sudah lebih dari lima tahun mengalami kejenuhan. Lalu bagaimana cara untuk menghangatkannya agar hubungan personal tetap berkualitas satu sama lain?

Friday, August 9, 2013

Tips Menghadapi Pasangan Yang Ragu Menikah

Pernikahan menjadi momen berharga bagi setiap pasangan demi membangun sebuah kehidupan baru dengan segala problematikanya. Banyak pasangan yang menunda-nunda menikah karena alasan belum siap, mulai dari masalah kebiasaan, finansial hingga masalah anak. Namun, banyak juga pasangan yang 'terpaksa’ nikah meskipun ia belum siap, hanya karena desakan, baik dari keluarga, pasangan, hingga usia. Apa sesungguhnya yang harus dipersiapkan pasangan agar keduanya sama-sama siap menikah?

Sebagai seorang wanita yang sudah menjalin hubungan dengan pasangan ke arah lebih serius dalam jangka waktu cukup lama, pernikahan merupakan gerbang impian menuju babak sesungguhnya dalam kehidupan berkeluarga. Terkadang kaum wanita ingin mendapatkan kepastian dari laki-laki mengenai kapan hari yang ditunggu-tunggu tersebut dapat segera terealisasi. Dan tak sedikit pihak laki-laki yang didorong-dorong untuk segera menikah baik oleh keluarga sendiri maupun pasangan dan keluarganya.

Banyak kaum lelaki merasa kariernya belum sesuai dengan keinginan sehingga memilih untuk menunda pernikahan. Namun hingga di satu titik tertentu, pada akhirnya mereka harus tetap menikah karena berbagai alasan seperti takut kehilangan, pasangan takut berpaling atau takut tidak ada yang mau lagi dengannya. Berbagai pemikiran tersebut akhirnya terus menghantui hingga tanpa berpikir panjang mereka memilih dan memaksa untuk memutuskan menikah tanpa kesiapan secara penuh. Hingga dalam perjalanannya tak jarang ditemui istri yang benar-benar sudah sangat siap menikah dan membangun keluarga barua harus berhadapan dengan suami yang menikah karena keharusan tanpa mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai macam perubahan yang pastinya akan terjadi.

Suami Tidak Siap. Ada beberapa hal yang menyebabkan suami setelah menikah ternyata tidak memiliki kesiapan penuh dalam membangun kehidupan keluarga ke arah masa depan bersama. Seperti diuraikan dra. Esther J Aritonang, Psi C.HT, C.NLP, psikolog, ketidaksiapan seseorang atas sebuah pernikahan harus dilihat terlebih dulu penyebabnya. Mungkin ada yang merasa tidak cukup berkarier terutama dari segi kemapanan masih kurang atau tidak siap dengan segala perubahan yang terjadi di dalam kehidupan yang baru. Namun, setelah menikah segala bentuk konsekuensinya baru disadari sehingga hal tersebut dapat memicu berbagai konflik.

Selain itu, ketidaksiapan pasangan tak menutup kemungkinan akan muncul penyesalan yang datang atau mungkin saja tidak ditampilkan secara langsung. Contohnya, hubungan menjadi semakin jauh atau tidak adanya perhatian satu sama lain. Sedangkan jika suami belum siap dengan berbagai perubahan yang terjadi seperti ketika istri sedang hamil tentu saja ada perubahan. Ketika menikah istrinya cantik dan langsing tetapi setelah hamil terjadi perubahan bentuk tubuh dan hal tersebut juga menyangkut hubungan seksual. Kondisi demikian dibutuhkan penyesuaian untuk saling mendukung dengan kondisi masing-masing pasangan.

Meskipun istri merasakan adanya ketidaksiapan dari suami, tetapi istri harus tetap berkompromi terhadap dirinya sendiri dan sabar terhadap penyesuaian yang harus dilewati suami. Selain itu, sebaiknya pasangan kembali lagi mengingat keputusan yang sama-sama diambil sebelum pernikahan mereka berlangsung, dan tidak perlu ada sikap saling menyalahkan yang akhirnya hanya memperkeruh keadaan.

Berdasarkan kenyataan di dalam masyarakat, ada saja beberapa hal yang terjadi ketika seorang suami mulai merasakan bahwa dirinya tidak siap dalam sebuah pernikahan. Misalnya, suami menjadi cenderung tertutup bahkan bersikap baik dan manis tetapi tidak berusaha jujur terhadap apa yang dirasakannya. Lama kelamaan, suami perlahan memendam semua perasaan sesungguhnya dan menguburkan impiannya sehingga tak menutup kemungkinan kata sepakat yang pernah dilontarkan menjadi kesepakatan milik pribadi tanpa melibatkan pasangan.

Kedua Pihak. Menurut Nessi Purnomo, Psi, M.Si, psikolog, kesiapan sebuah pernikahan tidak hanya datang dari satu belah pihak saja. Kedua belah pihak harus sudah siap ketika sepakat untuk memutuskan menikah. Sebetulnya masalah siap atau tidak siap harus dibicarakan atau dibahas sebelum menikah. Dengan demikian, jika kenyataannya sudah menikah maka harus siap dan tidak lagi berbicara pada tatanan siap atau tidak tetapi harus sama-sama mengupayakan dan menyikapi pernikahan menjadi lebih baik.

Namun, jika kenyataannya Anda menghadapi orang yang tidak siap, langkah pertama yang harus dilakukan adalah duduk bersama-sama dan membicarakan masalah serta pemecahannya. Tetapi, jika berdua tidak menemukan pemecahan dan tidak ada hal-hal yang bisa dibicarakan lebih konstruktif ada baiknya pasangan segera menghubungi pihak ketiga seperti orangtua atau konselor perkawinan agar lebih obyektif dalam memandang suatu permasalahan yang terjadi di dalam sebuah hubungan pernikahan.

Selain itu, untuk menghadapi situasi di mana suami atau pasangan menjadi berlarut-larut karena ketidaksiapan yang terjadi saat baru menjalani pernikahan. sebaiknya perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
  1. Sikap Kompromi. Biasanya pasangan yang baru memutuskan untuk menikah merasa tidak bebas lagi setelah menikah. Adanya ketakutan bahwa satu sama lain saling mengekang dan hal tersebut memicu terjadinya pertentangan. Oleh karena itu diperlukan sikap kompromi untuk membicarakan mengenai harapan-harapan pernikahan yang diinginkan masing-masing. Sebaiknya satu sama lain saling memberikan kebebasan yang bertanggung jawab sehingga setelah adanya kesepakatan situasi menjadi lebih kondusif dan harmonis di dalam sebuah hubungan.
  2. Sikap Kompak dan Terbuka. Memutuskan menikah berarti siap dengan segala perubahan yang terjadi dan membicarakan atau memutuskan segala sesuatunya bersama. Di dalam pernikahan, problem kehidupan akan datang silih berganti sehingga keduanya harus yakin dan kompak dalam menghadapi segala macam bentuk problematika yang akan datang mulai dari soal anak, ekonomi, harapan dan target yang ingin dicapai. Keterbukaan juga menjadi poin penting sehingga segala permasalahan apapun yang terjadi dapat diputuskan bersama sesuai dengan kesepakatan yang berlandaskan sikap saling menghargai satu sama lain.
  3. Melakukan Konseling Pranikah. Sebaiknya sebelum melakukan pernikahan, pasangan melakukan konseling pranikah untuk meningkatkan hubungan sebelum pernikahan sehingga dapat berkembang menjadi hubungan pernikahan yang sehat dan harmonis. Dengan demikian masing-masing pasangan lebih saling mengenali kekurangan dan kelebihan agar ketika hidup bersama meminimalisasi rasa kaget atau kecewa terhadap situasi yang seharusnya terjadi. Widiani Hartati
Sumber: Info Kecantikan