Anak Juga Bisa
Berperilaku Tidak Realistis
Lebih Cepat Dewasa
Sebelum Umurnya
Maraknya tayangan
sinetron di televisi rupanya memberi dampak negatif bagi perkembangan anak.
Kehidupan glamour, kaya raya, peran-peran khayalan hingga peran antagonis
sedikit banyak memengaruhi pola pikir dan tingkah laku anak. Jangan heran jika
anak yang suka nonton sinetron berperilaku seperti artis yang ditontonnya
padahal jauh dari realita kehidupan nyata orangtuanya.
Atau, anak bisa jadi
pemarah karena seringnya melihat adegan marah-marah dalam sinetron. Apa saja
bahaya nonton sinetron bagi anak? Bagaimana orangtua menyikapinya?
Sinema elektronik
atau sinetron yang banyak menampilkan artis-artis cantik, tampan, dan gaya
hidup serba mewah yang jauh dari realita kehidupan sepertinya sudah tak bisa
dibendung lagi. Hiburan yang menjual mimpi ini juga direspons baik pemirsa
Indonesia hingga ke seluruh penjuru negeri. Tak heran jika sinetron tak akan
pernah ada habisnya. Saat ini bukan hanya sinetron dewasa, beberapa stasiun
televisi pun menyajikan berbagai jenis sinetron mulai dari religi, anak-anak,
horor kolosal hingga sinetron berbau mistis yang hampir semuanya ditayangkan
pagi, siang, sore hingga malam yang bisa ditonton anak-anak.
Pengaruh Buruk.
Menurut Astrid W.
E. N, M.Psi, Psikolog anak dan remaja KANCIL, Jakarta Selatan, maraknya
sinetron saat ini hampir sebagian besar kurang baik ditonton anak-anak. “Demi
rating, banyak tayangan sinetron “ menjual mimpi, menayangkan adegan kekerasan,
pornografi hingga berbau mistis, tanpa memikirkan dampak buruk bagi pemirsa
yang menonton termasuk anak-anak," imbuh Astrid.
Menurut Astrid,
adegan-adegan yang diperankan artis dalam tayangan sinetron, akan banyak
memberikan pengaruh buruk pada anak. Anak yang masih polos dan belum bisa
membedakan mana hidup nyata dan hanya akting dengan mudah meniru apa yang sinetron. Misal saja adegan kekerasan, jika
anak tidak didampingi orangtua bisa saja anak meniru adegan kekerasan seperti
dalam sinetron, seperti berantem, memukul hingga menjambak rambut temannya.
Contoh lainnya adalah adegan antagonis yang selalu ada di setiap sinetron juga
dengan mudah ditiru anak-anak. Maka jangan heran jika anak yang sering nonton
sinetron lebih cepat marah jika keinginannya tak dipenuhi. “Anak itu rasa ingin
tahunya besar. Dan, anak suka meniru apa yang dilihatnya. Jika yang dilihatnya
memberi contoh buruk, bisa saja anak pun berperilaku buruk seperti apa. yang
dilihatnya,” terang Astrid saat ditemui di sela-sela seminar yang berlangsung
di Hotel Sultan, Jakarta belum lama ini.
Senada dengan
Astrid, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, Psi. Psikolog dari Lembaga Psikologi
Terapan UI dan Klinik Raditya Medical Center Depok, Jawa Barat juga mengatakan,
anak belum bisa membedakan informasi yang diterimanya antara kisah nyata atau fiksi
(khayalan). “Sinetron saat ini masih banyak menyajikan kebencian kebohongan,
tipu muslihat, dan hal-hal tidak realistis lainnya. Ini sangat buruk jika
ditonton dan ditiru anak-anak, tambah Vera.
Ditambahkan Vera,
anak yang sering nonton sinetron memiliki pikiran yang pendek, mengandalkan
emosi saja tanpa mau berpikir pakai logika. “Banyak banget sinetron yang ngejual
mimpi. Misal hanya dengan mimpi. Misal hanya dengan menggosok poci, anak bisa
mewujudkan segala hal yang diinginkannya. Itu membuat anak berpikiran instan,”
jelasnya. Terakhir bahaya buruk dari menonton sinetron adanya efek nyandu.
Karena siapa pun yang nonton sinetron satu episode tentu penasaran untuk
menonton kelanjutan alur cerita selanjutnya. Jika sudah kecanduan, sulit bagi
anak untuk melewatkan nonton sinetron. Bahayanya banyak sinetron yang tayang di
jam belajar anak mulai sore hingga menjelang waktu tidur anak. Bukan hanya anak
enggan belajar, anak pun akan sulit bangun tidur karena nonton sinetron hingga
malam. Jika hal ini tidak segera diatasi, bisa-bisa anak menjadi budak sinetron
hingga mendambakan kehidupan layaknya tokoh yang diperankan dalam sinetron yang
sebagian besar jauh dari kehidupan nyata sebagian besar pemirsa sinetron
Indonesia.
Batasi Anak. Langkah yang harus
dilakukan orangtua adalah membatasi anak menonton televisi. Kemudian pilih
tontonan yang sesuai dengan usia anak. Sedapat mungkin orangtua atau orang,
dewasa di rumah menahan sementara waktu menonton sinetron sebelum anak-anak
tidur. Jika pun anak meminta nonton sinetron, orangtua tetap harus mendampingi
anak meski saat nonton sinetron anak-anak atau pun religi yang saat ini marak.
“Peran orangtua mendampingi anak menonton untuk mengajarkan bahwa apa yang
ditontonnya tidak semuanya patut ditiru,” jelas Astrid.
Namun yang paling
tepat adalah mengarahkan anak melakukan aktivitas lain bersama anggota
keluarga, mengerjakan tugas sekolah, atau hanya berkumpul dan bercanda bersama
keluarga. “Sebaiknya orangtua mengalihkan ke tontonan lain seperti film edukasi
anak atau film kartun yang banyak menampilkan gambar warna, ukuran, dan jalan cerita
sesuai dengan umur anak- anak, juga lebih baik yang bisa melatih kemampuan pola
pikir anak. Selain itu, orangtua juga bisa mengajak anak melakukan aktivitas
yang lebih bermanfaat, seperti main ludo, atau permainan edukasi lainnya,”
tambah Vera.
Berikut beberapa
tontonan rekomendasi bagi anak Anda:
1.Serial kartun dan
superhero seperti Superman, Naruto, Ninja Hattori, dan Doraemon.
2.Tayangan yang
menyajikan gerakan, tari, nyanyian dan banyak warna seperti Barneys, dan Jalan
Sesama.
3.Tayangan
ensiklopedia atau dokumenter seperti Discovery Channel, Si Bolang atau film
mengenai flora dan fauna.
Lantas umur berapa
anak diperkenankan menonton sinetron? Menurut Astrid anak yang sudah berumur
lebih dari 10 tahun atau sekitar kelas 5-6 SD dianggap telah mampu membedakan
mana yang nyata atau fiksi. “Anak yang belum bisa berpikir abstrak dan
membedakan mana yang nyata atau bohong dengan kisaran umur kurang dari 10 tahun
kurang baik nonton sinetron," pungkas Astrid.
Sumber: Tabloid Femme
Sumber: Tabloid Femme
0 komentar:
Post a Comment