Mengajarkan anak memilih makanan
sehat sejak dini memang bukan perkara mudah. Faktor lingkungan dan rasa makanan
terkadang menjadi alasan mengapa anak lebih memilih jajanan di luar rumah.
Namun, anak sebaiknya tetap dibimbing untuk makan makanan bergizi agar terbiasa
hingga dewasa. Pastinya hal tersebut sangat bermanfaat untuk kesehatan anak di
masa yang akan datang Bagaimana caranya?
Banyaknya jajanan atau camilan
yang menawarkan rasa renyah, gurih dan
sedap membuat anak menjadi enggan untuk menikmati makanan sehat ala rumahan.
Khususnya di kota besar, banyak orangtua yang kewalahan membuat anaknya jatuh
hati pada makanan sehat seperti sayuran atau buah-buahan segar. Padahal seperti
diketahui konsumsi makanan sehat dan bergizi sangat berpengaruh terhadap
kesehatan dan stamina tubuh sehari-hari.
Menurut Yuvita Fandy, M.Psi,
Psikolog, kebiasaan anak untuk makan makanan sehat tentu saja berawal dari
dalam rumah. Peran orangtua, terutama ibu, dalam memilih makanan sehat sangat
besar dan sebaiknya sudah dilakukan sejak anak masih di dalam kandungan. Ketika
memberikan ASI eksklusif, ibu juga harus tetap makan makanan sehat supaya gizi
anak terpenuhi. Kemudian dilanjutkan dengan makanan padat yang pertama kali
diberikan kepada bayi berusia enam bulan ke atas sebagai makanan pendamping
ASI. Setelah itu, bayi akan mulai makan bubur yang dapat dimasak dengan bahan
tambahan seperti sayur dan mulai makan buah.
Role Model. Dalam tahap ini, sebaiknya ibu atau pengasuh mulai
memasukkan berbagai macam sayur-sayuran dan daging ke dalam bubur atau hanya
diambil kaldunya saja. Bisa juga sayur-sayuran yang cukup lembek dapat
diberikan kepada anak setelah dihancurkan bersama dengan bubur. Dengan cara seperti
ini anak akan terbiasa untuk makan makanan sehat.
Bertambahnya umur, anak akan
makan bersama dengan orangtuanya. Mereka akan makan bersama di meja makan, di
saat ini orangtua menjadi contoh utama bagi anak dalam makan makanan sehat.
Orangtua yang makan sayur sebagai salah satu lauk harian atau selalu ada dalam
menu makan pagi, siang dan sore secara tidak langsung akan mengajarkan dan
membiasakan anak, ikut makan. Jika orangtua ingin mengajak anak makan di luar,
pilihan orangtua akan memengaruhi preferensi anak terhadap makanan sehat.
Dengan demikian orangtua tetap menjadi contoh utama (role model) yang
memengaruhi kebiasaan positif mereka dalam perkembangannya. Selain menjadi role
model yang baik, anak dapat diperkenalkan satu per satu dengan berbagai jenis
makanan sehat, mulai dari bentuk, aroma hingga rasa dari setiap jenis makanan
sehat tersebut.
Anak yang kurang menyukai
sayur-sayuran dan buah-buahan bisa dipicu karena penampilan kurang menarik dari
sayur-sayuran dan buah-buahan itu. Hal ini bisa saja disebabkan warna-warna
monoton dari bahan makanan tersebut yang kurang memiliki daya tarik bagi indera
penglihatan anak. Bentuk asli sayuran yang terlihat kurang menarik juga menjadi
Salah satu alasan lainnya. Ada beberapa sayuran dan buah-buahan memiliki aroma
yang terlalu tajam untuk anak-anak sehingga mereka kurang menyukai dan tidak
tertarik untuk menyentuhnya. Rasa yang terlalu asam, pahit atau tidak manis
juga membuat anak-anak segan untuk memakannya.
Anak yang tidak dibiasakan makan
sayur-sayuran dan buah-buahan sejak usia dini atau orangtua yang juga kurang
menyukai sayur dan buah dapat membuat anak menjadi kurang suka. Ketika anak
mulai bersosialisasi, misalnya anak sudah sekolah dan duduk di bangku SD kelas
empat, maka teman-temannya secara tidak langsung akan memengaruhi pilihan
makanannya. Namun, dalam keseharian anak akan lebih banyak menghabiskan waktu
bersama orangtua di rumah, maka pengaruh orangtua akan lebih besar dibandingkan
teman-temannya. Dengan demikian ketika anak semakin dewasa, kebiasaan yang
telan ditanamkan sejak kecil maka akan memengaruhi kebiasaan makannya di masa
yang akan datang.
Selain pengaruh keluarga sebagai
faktor utama dalam pembentukan karakter anak, lingkungan juga menjadi pengaruh
utama ketika seseorang menyesuaikan diri dengan sebuah kebiasaan. Bila seorang
anak melihat teman sebayanya tidak makan makanan sehat akhirnya lambat laun dia
akan terbawa. Namun, sebagai orangtua, anak diberikan pengertian dan pengarahan
agar tetap mengikuti pola makan yang sehat sehingga tidak terpengaruh oleh
lingkungannya.
Tetapi, bagi anak yang sejak
kecil tidak terbiasa menikmati sayur-sayuran atau buah-buahan, tidak menutup
kemungkinan adanya persepsi negatif mengenai sayur-sayuran dan buah-buahan di
masa kecil akan terus terbentuk selama bertahun-tahun. Meskipun sudah terbiasa
tidak makan sayur-sayuran, saat menginjak remaja ketika ia diperkenalkan
kembali dengan aneka sayuran, maka bisa jadi akan memiliki ketertarikan dengan
sayuran di masa yang akan datang. Hal yang paling panting adalah orangtua tetap
memperkenalkan sayur-sayuran kepada anaknya hingga remaja. Dan setelah dewasa
harus ada keinginan dan kesadaran kuat dari dalam diri bahwa jenis makanan
seperti sayur-sayur dan buah-buahan memiliki kandungan yang bermanfaat bagi
kesehatan tubuh sehingga dapat dipertahankan hingga usia lanjut.
Melatih Anak. Lalu bagaimana agar anak suka makan sayur-sayuran dan
buah-buahan? Berikut beberapa tips dan trik untuk melatih anak agar memiliki
kebiasaan makan sayur-sayuran dan buah-buahan sejak usia dini menurut
Ristriarie Kusumaningrum, M.Psi, psikolog anak dari Sekolah Cikal, di
antaranya:
- Orangtua sebaiknya memberikan Contoh kepada anak dan membiasakan diri makan sayur-sayuran dan buah-buahan agar anak memiliki persepsi bahwa makanan sehat itu tetap enak dan sedap untuk disantap.
- Menyajikan sayuran secara kreatif sehingga tampak menarik. Misalnya dengan cara dan bentuk yang menarik. Seperti mencetak dengan bentuk yang lucu atau ditambahkan hiasan-hiasan lainnya. Tentunya hal ini akan lebih merepotkan orangtua (ayah atau ibu yang menyiapkan makanan), tetapi kerepotan yang dilakukan tersebut akan sangat berharga bila anak akhirnya menjadi suka makan sayur-sayuran dan buah-buahan. Apalagi jika kebiasaan tersebut ditanamkan sepanjang hidupnya.
- Mengolah sayur-sayuran secara beragam sehingga anak tidak bosan. Misalnya dengan cara ditumis, direbus atau diolah dengan bahan makanan lainnya.
- Ketika membawakan bekal makanan untuk makan siang kepada anak di sekolah, biasakanlah Salah satu lauknya selalu ada sayur-sayuran ditambah dengan buah-buahan.
- Ketika makan bersama atau di saat santai, Anda sebagai orangtua dapat mulai memberi tahu kandungan dalam sayur-sayuran dan buah-buahan, manfaatnya bagi tubuh atau temuan-temuan ilmiah yang menarik dan terkini.
- Tetap berikan makanan sehat walaupun awalnya anak menunjukkan penolakan. Variasikan atau sembunyikan rasa tajam yang mungkin kurang disukai dengan rasa !ain sehingga anak tidak akan menyadari kalau mereka sedang makan sayur-sayuran. Contohnya dijadikan kue atau makanan penutup lainnya. Widi
Sumber: Tabloid Info Kecantikan
cara yang mudah untuk diterapkan, sangat membantu..
ReplyDelete