Memiliki anak adalah dambaan
setiap pasangan suami istri. Namun bagaimana dengan keinginan memperoleh anak
saat istri berusia lebih dari 40 tahun? Benarkah hamil dan melahirkan di usia
tersebut bisa menyebabkan kematian pada ibu hamil atau kelainan pada anak yang
dilahirkan? Apa penyebab dan bagaimana cara meminimalisir risiko tersebut?
Menurut dr, Sanny Santana Sp.OG,
dokter kandungan dari RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, usia yang aman untuk
hamil adalah kisaran 20-35 tahun, di atas itu harus diwaspadai. Meski demikian
masih banyak wanita yang baru hamil atau pun menambah momongan di usia 40
tahun. Menurutnya, semakin tua umur wanita untuk hamil, semakin tinggi
risikonya, karena kualitas sel telur yang dilepaskan juga telah berusia tua.
“Kan sejak wanita dilahirkan telah memiliki sel telur yang dilepaskan tiap
bulan melalui menstruasi. Kalau hamil di usia 40 tahun, sel telur yang
dikeluarkan juga usianya sudah tua sehingga kualitasnya berkurang,” ujar dr
Sanny.
Anak Cacat. Di usia 40 tahun banyak faktor yang membuat kualitas
sel telur juga ikut menurun. Gaya hidup, pola makan, kurangnya berolahraga
Serta polusi dan radiasi seperti sinyal handphone dan gadget berdampak besar
menurunkan kualitas sel telur. Karena itu hamil di usia 40 tahun punya banyak
risiko seperti kelainan anak seperti down syndrom hingga cacat.
Sementara itu, di usia 40, telah
terjadi penurunan fungsi reproduksi pada wanita. Mulai dari kontraksi otot
rahim hingga saluran vagina yang mempersulit bayi dilahirkan secara normal.
Belum lagi penyakit-penyakit degeneratif seperti tekanan darah tinggi,
kolesterol, diabetes hingga obesitas.
Tekanan darah tinggi dinilai
cukup berbahaya bagi ibu yang sedang hamil. Tensi darah tinggi tentu akan
berpengaruh pada sirkulasi darah yang mengalirkan oksigen dan makanan pada bayi
dalam kandungan. Sebaliknya dengan kolesterol yang menyumbat saluran pembuluh
darah yang membuat asupan nutrisi dan suplai oksigen pada bayi tidak lancar.
Bahayanya lagi saat hamil kecenderungan tensi darah meningkat semakin besar.
Sama dengan tensi darah, wanita yang memiliki riwayat diabetes juga kadar
gulanya lebih mudah naik saat hamil tua.
Sementara itu, obesitas adalah
salah satu penyakit yang cukup membahayakan bagi kesehatan anak di dalam
kandungan. Maklum, wanita berusia di atas 40 biasanya sulit mengontrol berat
badan. Padahal saat hamil, berat, badan wanita bisa naik hingga 20 kg. Risiko
kegemukan ini yang akan menyulitkan seorang ibu saat melahirkan. Tak heran
kepada wanita yang hamil di usia 40 ke atas, dokter menyarankan untuk
melahirkan secara Caesar. “Ibu yang sedang mengandung dengan berat badan
seimbang saja memiliki risiko komplikasi kehamilan apalagi ibu yang mempunyai
berat badan lebih atau obesitas,” ujar dr. Frizar Irmansyah dari RSPP Jakarta
Selatan.
Dari beberapa penelitian
menyebutkan seorang wanita yang memiliki riwayat obesitas biasanya melahirkan
sebelum memasuki usia kehamilan 37 minggu. Kelahiran lebih awal ini justru akan
meningkatkan risiko kesehatan pada sang bayi. Lebih lanjut dr. Frizar juga
menambahkan, wanita yang hamil di usia 40 memiliki risiko keguguran.
Rutin Konsultasi. Di balik risiko yang membayangi, dr. Sanny
mengatakan, wanita berusia 40 tahun namun masih ingin memiliki keturunan, ada
beberapa hal yang harus dipersiapkan terutama masalah kesehatan ibu hamil
minimal tiga bulan sebelum masa kehamilan. “Hamil di atas 40 tahun boleh saja
asalkan calon ibu hamil itu dalam kondisi sehat,” ujar dr. Frizar. Di luar
negeri jumlah kelahiran wanita usia di atas 40 tahun mengalami peningkatan,
rata-rata angka kelahiran wanita usia 40-44 tahun mengalami peningkatan hingga
3 persen.
Nah, untuk memastikan kehamilan
dalam kondisi baik dan janin sehat maka disarankan seorang yang hamil di atas
umur 40 tahun rutin melakukan pemeriksaan kesehatan kehamilan pada dokter
kandungan. Selain itu, lakukan pemeriksaan USG guna mengetahui kelainan pada
bayi baik fisik maupun kromosom yang dapat menimbulkan penyakit cacat mental
seperti down syndrome.
Menurut dr. Sanny masa kehamilan
trimester pertama (tiga bulan pertama) cabang bayi bisa dicek apakah terdapat
cairan pada leher bayi, maka 85% akan terjadi kelainan seperti cacat mental
seperti down syndrome. Cara yang dapat dilakukan dengan melakukan screening
kehamilan ini bisa berupa pemeriksaan alfa feto protein (AFP), hormon dan
screening USG (ultrasonografi) untuk melihat ada tidaknya kelainan anatomi
janin. Pemeriksaan USG dilakukan dengan mengukur tebalnya lipatan leher janin.
Pemeriksaan di atas untuk mendiagnosis secara dini, dan bukan untuk mencegah
terjadinya down syndrome.
Selain itu di bulan keempat bayi
bisa dilakukan pemeriksaan amiosintesis. Dengan mengambil sampel air ketuban
dan melihat jumlah kromosom. Pastikan jumlah kromosom 46 XX atau 46 XY Jika
benar terjadi kelainan yang mengarah pada down syndrom biasanya dokter
menyarankan mengakhiri kehamilan ataupun melanjutkan kehamilan dengan risiko
down syndrome.
Dokter Frizar mengatakan,
terjadinya kelainan pada kehamilan di atas usia 40 tak sepenuhnya salah dari
wanita. Kondisi sperma yang kurang berkualitas juga bisa menyebabkan kelainan
dari anak yang dikandung. Karena itu bagi pasangan yang masih ingin memiliki
momongan di usia 40 atau baru menikah di umur tersebut, tidak salah melakukan
pengecekan kesehatan alat kelamin dan sperma suami. Apakah dapat membuahi sel
telur dengan sempurna, atau juga terdapat kelainan pada kromosom yang dibawa
suami.
Protein Tinggi. Nah, bagi Anda yang tetap ingin hamil di usia 40,
Selain memeriksakan kesehatan pra kehamilan baik suami maupun istri, hal yang
harus diperhatikan lainnya adalah memberikan nutrisi yang banyak mengandung
protein seperti banyak mengonsumsi susu, daging dan telur. Jika tidak suka
minum susu, karena bau amis ibu hamil bisa mengonsumsi es krim yang berbahan
dasar susu, yang dikombinasikan dengan alpukat dan cokelat yang berfungsi untuk
pertumbuhan bayi dalam rahim.
Selain memberikan nutrisi empat
sehat lima sempurna, ibu hamil di atas umur 40 tahun juga dianjurkan melakukan
olahraga ringan dua minggu sekali agar janin yang dikandung tetap sehat. Selain
itu wanita yang hamil di atas umur 40 juga rentan mengalami stres. Padahal bagi
bumil stres harusnya dihindari karena dapat berpengaruh pada kesehatan janin.
“Stres yang berkepanjangan bisa menyebabkan ukuran dan bobot bayi yang
dilahirkan lebih kecil dan tidak normal,” jelas dr. Frizar.
dr. Frizar juga menyarankan bumil
mengubah gaya hidup kurang sehat seperti sering tidur malam, merokok, konsumsi
obat di luar resep dokter hingga alkohol. “Obat, dan minuman beralkohol bisa
menyebabkan anak cacat,” pungkas dr. Frizar. Ramdhoni.
Sumber : Tabloid Femme
Artikel di atas tentunya mengingatkan kita resiko yang akan di alami jika melahirkan usia di atas 40 tahun.
ReplyDeleteTerima kasih atas artikel yang bermanfaat.
ReplyDelete